Thursday, 16 May 2024
HomeBeritaSoal Penutupan Masjid di Masa PPKM Darurat, UAH: Shalat di Rumah

Soal Penutupan Masjid di Masa PPKM Darurat, UAH: Shalat di Rumah

Bogordaily.net – Ustadz Adi Hidayat alias menyikapi masalah penutupan masjid di masa penerapan PPKM darurat.

Persoalan penutupan masjid di masa PPKM darurat ini menuai pro kontra di kalangan masyarakat.

Melihat keadaan itu, memberikan penjelasannya mengenai penutupan masjid selama masa PPKM darurat.

Dalam menyikapi penutupan masjid di masa PPKM darurat ini, mengutip hadist Nabi Muhammad SAW.

“Kalau sudah masuk zona merah dan sudah ditunjukkan ada larangan dari pemerintahan setempat, kemudian sudah berlaku, alangkah lebih baiknya tunaikan () di rumah,” kata dilansir dari YouTube Adi Hidayat Official berjudul “Sikap Muslim Ketika Masjid di Tutup Untuk Berjamaah – Ustadz Adi Hidayat”.

Menurut , jika dalam kondisi seperti itu tidak perlu memaksakan ke masjid. pun mengutip hadist Nabi Muhammad SAW yang menjadi dasar ibadah di rumah.

Kata , Nabi Muhammad SAW pernah menyampaikan,ini, dari riwayat sahabat Abu Hurairah ra.

“Jika seorang hamba sakit atau sedang dalam perjalanan atau dalam kondisi tidak memungkinkan menunaikan amalan rutinnya karena kondisi tertentu, maka dia mendapatkan pahala yang sama dalam kondisi dia sehat walaupun mengerjakan amalan tidak seperti mulanya.”

Memang kata UAH, bagi orang yang biasa ke masjid pasti ada kerinduan tatkala ibadahnya dilakukan di rumah.

Namun jika kondisinya tidak memungkinkan seperti zona merah dan ada kekhwatiran menyebar (penyakit), menurut UAH tunaikan saja di rumah.

“Tapi dalam kondisi ini pun, di masjid tetap ada yang adzan. Jadi jangan sampai ada kalimat tutup masjid. Jangan sampai ada kalimat keliru. Nih saya lihat banyak mufti nih saat-saat ini. Semua orang pada jadi ahli fatwa padahal tempatkan pada tempatnya,” ujar Ustadz Adi Hidayat.

“Bukan menutup masjid. Hanya mengalihkan jemaah ke rumah bagi wilayah yang terdampak. cuma yang adzan yang tinggal di masjid tetap adzan di situ (masjid), imam rawatib di situ (masjid),” kata UAH.

Kecuali wilayah zona hijau atau di kompleks yang terisolasi dengan komunikasinya bagus. Dimana orang luar tidak boleh masuk hanya warga setempat saja yang beribadah.

“Prinsipnya berjemaah itu sederhana. Orang sakit itu pasti ga ke masjid. Anda khawatir anda tak perlu ke masjid tetap tunaikan di rumah. Jangan memaksakan kalau tersebar di wilayah itu jadi berbahaya,” ujar UAH.

Lewat pandemi Covid-19 ini, UAH pun mengajak umat Islam untuk merenung. Menurutnya ada sesuatu yang salah sehingga Allah membuat umat Islam tidak bisa beribadah ke masjid.

“Sekarang Allah lewat fenomena ini meminta kita keluar dari rumahnya, sebagian tempat. Banyak tempat. Orang yang imannya sadar pasti akan bertanya, ya Allah saya salah apa? Apa yang saya perbuat selama ini? Atau apa yang salah di lingkungan saya,” lirih UAH dengan mata memerah menahan tangis.

“Karena terkadang kita ga salah, tapi ada perbuatan lain yang dikerjakan satu orang tapi yang lain terdampak. anda berzina tapi ini berdampak pada yang lain,” lanjutnya.

Karena itu kata UAH ini adalah waktu yang tepat bagi umat Islam untuk bertobat. Menurutnya umat Islam jangan dulu berpikir mengenai kiamat besar.

“Kiamat kecil saja belum tentu kita siap. Kiamat kecil itu kematian dan belum tentu semua orang siap menghadapi itu. Dengan musibah itu tampak segala hal yang bisa diperbaiki. Pasti akan kita temukan kekurangan-kekurangan,” ujarnya.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here