Wednesday, 30 April 2025
Home Blog Page 48

Korsleting Listrik Diduga Jadi Penyebab Toko Petasan di Pasar Leuwiliang Terbakar

0

Bogordaily.net – Kebakaran melanda toko petasan dan toko mainan di Pasar Leuwiliang, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, pada Minggu 13 April 2025 malam.

Danru Damkar Sektor Leuwiliang, Mulyana menjelaskan bahwa, peristiwa kebakaran tersebut terjadi pada pukul 18.15 WIB.

Menurut Mulyana, pihaknya menerjunkan sebanyak 4 unit mobil kebakaran dari sektor Leuwiliang untuk memadamkan api yang membakar toko tersebut.

“Penanganan kebakaran itu baru beres pukul 22.30 WIB. Untuk kendala memang ada ledakan dari beberapa petasan yang memang cukup banyak,” kata Mulyana, Senin 14 April 2025.

Mulyana mengatakan, kebakaran tersebut diduga karena adanya korsleting listrik yang menyambar toko mainan dan petasan itu.

“Untuk penyebabnya adalah korsleting listrik,” jelasnya.

Lebih lanjut, kata dia, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa kebakaran tersebut, kemudian untuk kerugian mater belum dapat diperkirakan.

‘Korban jiwa nihil, Kerugian belum dapat di perkira,” ungkap Mulyana.

Sebelumnya, diberitakan terjadi ebakaran sebuah toko mainan juga petasan, serta satu minimarket sekitar kawasan Pasar Leuwiliang, Kabupaten Bogor, pada Minggu malam, 13 April 2025.

Insiden ini membuat warga sekitar panik. Pasalnya, saat api mulai membesar, terdengar suara letupan keras dari kembang api yang tersulut di dalam toko.

Ledakan kembang api bahkan mengarah secara acak, membuat situasi semakin berbahaya dan menantang petugas pemadam kebakaran yang berupaya mendekati titik api.

Menurut informasi dari BogorSiaga, tim pemadam sempat mengalami kesulitan saat awal penanganan karena tembakan kembang api yang membahayakan.

Namun, pada pukul 19.55 WIB, Command Center menerima laporan bahwa situasi sudah masuk tahap pendinginan. Api berhasil dijinakkan sebelum merembet ke bangunan lain di sekitar lokasi yang cukup padat.

Video amatir yang beredar menunjukkan suasana mencekam saat petasan terus meledak, disertai asap tebal dan kobaran api besar yang membumbung tinggi ke udara.(Albin Pandita)

Simak Ramalan Cuaca Kota Bogor 14 April 2025, Apakah Hujan Lagi?

0

Bogordaily.net – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika () telah merilis untuk Kota Bogor Senin, 14 April 2025.

Hal ini perlu Anda simak agar bisa beraktivitas dengan lancar. Seperti yang sudah sering terjadi, Kota Hujan ini berpotensi mengalami curah hujan di beberapa waktu dalam sehari.

Menurut informasi dari , kondisi cuaca di Bogor pada Rabu ini diprediksi akan hujan ringan sepanjang hari.

Kmungkinan hujan ringan ini akan turun mulai pagi hari di beberapa wilayah.

Kota Bogor 14 April 2025

Simak detail lengkap untuk Kota Bogor pada 14 April 2025 di bawah ini agar Anda bisa mengantisipasi segala kemungkinan!

Berikut adalah lengkap di masing-masing wilayah Kota Bogor:

Bogor Selatan

Cuaca: Hujan Ringan
Suhu: 21-27°C
Kelembapan: 73-95%

Bogor Timur

Cuaca: Hujan Ringan
Suhu: 22-94°C
Kelembapan: 73-94%

Bogor Tengah

Cuaca: Hujan Ringan
Suhu: 22-29°C
Kelembapan: 72-95%

Bogor Barat

Cuaca: Hujan Ringan
Suhu: 22-29°C
Kelembapan: 73-95%

Bogor Utara

Cuaca: Hujan Ringan
Suhu: 22-28°C
Kelembapan: 73-95%

Tanah Sareal

Cuaca: Hujan Ringan
Suhu: 22-29°C
Kelembapan: 74-95%

Bagi Anda yang memiliki kegiatan di luar rumah, disarankan untuk selalu membawa perlengkapan seperti jas hujan atau payung.

Jangan lupa mengenakan pakaian hangat untuk menjaga tubuh tetap nyaman di suhu yang relatif sejuk.

Selain itu, konsumsi vitamin dan cukup istirahat sangat penting untuk menjaga daya tahan tubuh Anda di tengah cuaca yang basah dan lembap.

secara rutin menyediakan pembaruan cuaca untuk seluruh wilayah Indonesia, termasuk Kota Bogor.

Anda dapat memantau akun resmi media sosial di Instagram atau Twitter untuk mendapatkan informasi terkini tentang , suhu, kecepatan angin, dan tingkat kelembapan udara.

Demikian ramalan cuaca Kota Bogor Senin, 14 April 2025. Semoga informasi ini membantu Anda dalam merencanakan aktivitas harian dengan lebih baik.***

Perjalanan Moh. Yazid dalam Membangun Karier sebagai Dosen dan Konsultan Pajak

0

Bogordaily.net – Moh. Yazid, S.E., S.H. M.A., BKP merupakan seorang dosen Program Studi Akuntansi di Sekolah Vokasi IPB, lahir di Semarang pada 21 Februari 1978 yang kini berumur 47 tahun. Beliau memiliki latar belakang luas dalam bidang Ekonomi khususnya akuntansi dan perpajakan.

Dosen alumni Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) ini memiliki lisensi konsultan pajak dan kuasa hukum pajak untuk mewakili wajib pajak di kantor-kantor pajak maupun pengadilan pajak.

Selain itu, beliau pernah menjadi Pemeriksa Pajak dan Penyidik Pengawai Negeri Sipil Pajak (PPNS). Selama menjadi pemeriksa pajak, Pak Yazid banyak menangani kasus dalam dan luar negeri khususnya sengketa transfer pricing.

Dalam berkecimpung di bidang ekonomi, beliau dapat memiliki banyak ilmu tersebut dikarenakan passion yang dimiliki sejak dulu, yaitu mengajar. Beliau pernah mengajar les private sejak SMA, passion ini beliau lakukan hingga kuliah dan bekerja, beliau terus mengajar hingga di beberapa kampus.

Salah satunya, yaitu kampus Sekolah Vokasi IPB serta beberapa kampus lain, seperti STAN, Universitas Pamulang, UGM, PPAK UI, sebagai dosen yang masih dalam lingkup ekonomi khususnya perpajakan. Jadi, Pak Yazid selain berfokus pada kariernya di dunia perpajakan, beliau juga aktif mengajar Ilmu Ekonomi mengenai akuntansi dan perpajakan.

Perjalanan Pendidikan dan Karier Moh. Yazid
Perjalanan akademik Pak Yazid dimulai di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) Jakarta dan meraih gelar Diploma III Pajak pada tahun 1999. Untuk memperkuat pemahamannya di bidang ekonomi, beliau melanjutkan studi di STIE Jagakarsa, Jakarta, dan meraih gelar Sarjana Ekonomi Akuntansi pada tahun 2005.

Setelah itu, beliau melanjutkan studinya kembali pada ilmu administrasi di STIAMI Jakarta dan berhasil meraih gelar Magister Ilmu Administrasi, lulus pada tahun 2017. Tidak berhenti di situ, beliau kemudian juga menempuh studi hukum di STIH Dharma Andigha, Bogor, dan meraih gelar Sarjana Hukum pada tahun 2020.

Selain pendidikan formal, Pak Yazid juga aktif mengikuti berbagai pelatihan dan workshop untuk meningkatkan kompetensinya. Berikut berbagai pelatihan yang diikuti, seperti Workshop Multinasional Enterprise Audit oleh DJP, Workshop of Resolution of Disputes on Taxation Issues yang diselenggarakan oleh DJP dan NTCA, serta Workshop on BEPS: Transfer Pricing yang diadakan oleh OECD dan DJP.

Sembari menempuh pendidikan, Pak Yazid juga memulai kariernya pada tahun 1999 hingga 2002 di di KPP Ujung Pandang sebagai pelaksana Seksi PPN dan KPP Makassar Selatan sebagai pelaksana Seksi PPN dari 2002 hingga tahun 2004.

Selama bertahun-tahun, hingga tahun 2020 beliau terus mengasah keahlian di bidang perpajakan, menduduki posisi sebagai Pemeriksa Pajak di Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan (Karikpa) Jakarta Satu (2004 s.d. 2007), KPP Madya Palembang (2007 s.d. 2011), KPP Penanaman Modal Asing Empat (2011 s.d. 2015), KPP Perusahaan Masuk Bursa (2015 s.d. 2018), KPP Penanaman Modal Asing Empat (2018 s.d. 2019), dan KPP Pratama Makassar Utara (2019s.d. 2020).

Pada tahun 2020, setelah lebih dari 20 tahun berkarier di Direktorat Jenderal Perpajakan (DJP), Pak Yazid memutuskan untuk melanjutkan kariernya di sektor swasta. Pak Yazid kemudian bergabung dengan PT. Jakarta Strategic Consulting sebagai Senior Manager di bidang Tax Litigation & Advisory.

Pengalaman dan wawasannya yang luas dalam perpajakan membuatnya dipercaya untuk menangani berbagai kasus perpajakan dan memberikan konsultasi strategis terkait hal tersebut.

Tahun berikutnya, beliau bergabung dengan PT. Taxindo Prime Consulting sebagai Tax Partner. Setelah melalui berbagai perjalanan kariernya, pada tahun 2022 hingga saat ini beliau mendirikan CV. Taxflash Nusantara Mandiri dan menjabat sebagai Managing Partners.

Dengan pengalaman yang luas dan pendidikan yang kuat, Pak Yazid terus berkontribusi dalam dunia perpajakan. Perjalanan kariernya yang panjang dan dedikasinya terhadap dunia perpajakan dapat menjadi inspirasi bagi banyak profesional muda yang ingin berkarir di bidang ini.

Karya yang Dihasilkan dan Tantangan sebagai Dosen di SV IPB
Sebagai seorang pendidik, Pak Yazid juga memiliki kontribusi pada pembuatan e-book. Hingga saat ini, beliau telah membuat tiga e-book: Pengantar Pemeriksaan Pajak dan Modul Coretax 2025 dengan bantuan tim Taxflash, serta Aspek Pajak untuk Pelaku Bisnis dengan bantuan mahasiswa magang Prodi Akuntansi SV IPB.

Selain e-book, beliau juga aktif melakukan webinar dalam bentuk PPT tentang edukasi perpajakan internasional dan pemeriksaan pajak yang direkam dan diunggah di kanal YouTube Taxflash.

Kontribusinya dalam edukasi pajak tak hanya melalui e-book dan webinar, tetapi juga sebagai dosen praktisi. Beliau pernah menerima penghargaan dari Kemenristek atas keterlibatannya dalam program Praktisi Mengajar.

Terlepas dari karier yang telah diraih, Pak Yazid juga menjadi dosen praktisi Program Studi Akuntansi Sekolah Vokasi IPB sejak tahun 2022 hingga saat ini, beliau membawa wawasan yang dimilikinya kepada dunia akademik.

Namun, ada beberapa tantangan yang dihadapi selama mengajar. Salah satu tantangan utama adalah jarak antara tempat tinggalnya di Bintaro dan kampus IPB di Bogor. Meskipun ada opsi perkuliahan daring, Pak Yazid lebih menyukai interaksi langsung dalam kelas karena menurutnya pengalaman belajar tatap muka lebih efektif.

Selain itu, tantangan lainnya adalah mentalitas mahasiswa, khususnya terkait kedisiplinan dan sikap profesional. Beliau berharap mahasiswa dapat lebih disiplin dalam mengikuti perkuliahan serta membiasakan diri dengan etos kerja yang tinggi, sehingga mereka siap menghadapi dunia kerja nantinya.

Pengembangan Prodi Akuntansi SV IPB
Meskipun menghadapi berbagai tantangan dalam mengajar, Pak Yazid tetap berkomitmen untuk memberikan kontribusi bagi pengembangan Prodi Akuntansi SV IPB. Beliau melihat bahwa perkembangan Prodi Akuntansi SV IPB sudah cukup baik dengan peralihan dari jenjang D3 ke D4. Namun, menurutnya, kehadiran dosen praktisi tetap diperlukan untuk memberikan wawasan industri kepada mahasiswa.

Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah mengundang para alumn yang telah bekerja di sektor akuntansi untuk berbagi pengalaman. Selain itu, seminar atau webinar terkait akuntansi di sektor pertanian juga dapat menjadi daya tarik tersendiri, mengingat IPB memiliki reputasi kuat di bidang pertanian.

Pesan dan Harapan untuk Mahasiswa serta Generasi Muda
Sebagai seorang pendidik, Pak Yazid berpesan agar mahasiswa tidak hanya fokus pada teori, tetapi juga mengasah keterampilan teknis dan memahami standar internasional dalam akuntansi.

Mahasiswa perlu membiasakan diri dengan istilah-istilah ekonomi khususnya akuntansi dalam bahasa Inggris, karena sebagian besar perusahaan menggunakan sistem pencatatan berbasis internasional.

Selain itu, mahasiswa disarankan untuk bergabung dalam organisasi profesional seperti Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) agar dapat mengakses informasi terbaru di bidang akuntansi dan perpajakan. Pemahaman tentang pajak internasional juga menjadi semakin penting di era globalisasi, terutama dengan meningkatnya transaksi lintas negara.

Pak Yazid berharap agar mahasiswa terus belajar dan mengembangkan diri sesuai dengan standar internasional. Kampus juga diharapkan dapat menjembatani mahasiswa dengan industri melalui program magang yang lebih terstruktur dan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Dengan demikian, lulusan Akuntansi SV IPB dapat bersaing di tingkat nasional maupun internasional.***

Muthiah Azalia Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB

Patrick Kluivert Pilihan Tepat untuk Timnas Indonesia

0

Bogordaily.net – Penunjukan Patrick Kluivert sebagai pelatih kepala Timnas Indonesia oleh PSSI pada 6 Januari 2025 telah menimbulkan terjadinya berbagai tanggapan di kalangan pecinta sepak bola, bukan hanya di Indonesia saja melainkan mantan pemain Timnas Belanda pun menyoroti akan hal ini.

Patrick Kluivert nantinya akan didampingi oleh Alex Pastoor dan Denny Landzaat dalam menjalankan tugasnya. Sebagai mantan pemain top yang pernah bersinar di level tertinggi, Kluivert memiliki nama besar dan pengalaman bermain yang mengesankan.

Namun banyak pihak yang mempertanyakan kredibilitasnya, terutama jika dibandingkan dengan asistennya Alex Pastoor, yang dianggap lebih berpengalaman dalam dunia kepelatihan. Meskipun terdapat perdebatan mengenai kelayakannya, penunjukan Kluivert adalah pilihan yang tepat untuk memimpin skuad Garuda.

Sebagai mantan pemain kelas dunia yang pernah membela klub-klub besar seperti Ajax, AC Milan, dan Barcelona, Patrick Kluivert memiliki citra yang mengesankan di dunia sepak bola terutama sepak bola Belanda.

Pengalamannya bermain di level tertinggi menjadikannya sosok yang dihormati dan disegani oleh banyak pemain, termasuk mereka yang memiliki latar belakang pemain diaspora Belanda.

Mengingat bahwa mayoritas pemain Timnas Indonesia yang berlaga di ajang kualifikasi piala dunia 2026 memiliki hubungan erat dengan Belanda, kehadiran Kluivert dapat menjadi faktor pemersatu yang memperkuat kebersamaan tim.

Nama besar yang dimiliki oleh Kluivert berpotensi menarik perhatian pemain, sponsor, dan penggemar. Dalam dunia sepak bola modern, aspek ini tak bisa diabaikan.

Pelatih yang memiliki pengaruh besar di luar lapangan bisa memberikan motivasi lebih kepada para pemain serta membangun suasana yang positif di ruang ganti pemain.

Kolaborasi dengan Asisten Pelatih Berpengalaman
Salah satu kritik utama yang di sorot terhadap penunjukan Patrick Kluivert sebagai pelatih kepala Timnas Indonesia adalah minimnya rekam jejaknya sebagai pelatih utama di level klub atau tim nasional. Namun, hal ini dapat diimbangi dengan keberadaan asisten pelatih yang memiliki pengalaman lebih matang dalam aspek taktik dan manajemen tim.

Dalam hal ini, Alex Pastoor dan Denny Landzaat, yang turut bergabung dalam staf kepelatihan, memainkan peran penting dalam membantu kepemimpinan Kluivert. Alex Pastoor adalah sosok pelatih yang telah memiliki pengalaman menangani berbagai klub, termasuk Sparta Rotterdam dan Almere City.

Dengan jam terbang yang lebih tinggi dalam menangani tim secara langsung, Pastoor dapat memberikan input teknis yang lebih mendalam dalam menyusun strategi permainan Timnas Indonesia. Kemampuannya dalam menganalisis pertandingan dan mengelola transisi permainan akan menjadi aset berharga bagi Timnas Indonesia.

Sementara itu, Denny Landzaat, yang juga bergabung dalam staf kepelatihan, memiliki latar belakang sebagai mantan pemain yang memahami keadaan ruang ganti dengan sangat baik. Kehadirannya dapat membantu dalam membangun chemistry antar pemain dan memastikan strategi yang diterapkan bisa berjalan dengan lancar di atas lapangan nanti.

Dengan adanya kombinasi ini, Kluivert dapat memaksimalkan perannya sebagai pemimpin yang dihormati dan disegani, sementara Pastoor dan Landzaat mengisi celah dalam aspek teknis dan taktik.

Ini adalah pendekatan yang umum dilakukan dalam banyak tim dan PSSI mengambil pendekatan tersebut, di mana pelatih kepala tidak selalu menjadi ahli taktik utama, tetapi lebih sebagai manajer yang mengelola sumber daya tim dengan dukungan dari staf pelatih yang kompeten.

Struktur kepelatihan seperti ini dapat menjadi formula yang sukses bagi Timnas Indonesia, dengan kelebihan yang dimiliki oleh Kluivert dalam aspek komunikasi yang dapat merangkul semua lapisan pemain serta staf kepelatihan dengan gaya kepemimpinan yang dimilikinya.

Dengan pembagian tugas yang jelas dan pemanfaatan kekuatan masing-masing individu di dalam tim pelatih, bukan tidak mungkin Timnas Indonesia dapat berkembang di bawah kepemimpinan Kluivert bahkan dapat ikut serta dalam ajang piala dunia 2026 nanti.

Meskipun Kluivert belum memiliki pengalaman panjang sebagai pelatih utama, kombinasi dengan asisten pelatih yang lebih berpengalaman dalam strategi dan manajemen tim dapat menjadi faktor penyeimbang yang membuat kepemimpinannya tetap efektif.

Oleh karena itu, penunjukan Kluivert bukanlah keputusan yang sepenuhnya berisiko, melainkan langkah yang masih memiliki potensi besar jika didukung dengan struktur kepelatihan yang solid.

Tantangan Adaptasi
Namun, terdapat tantangan besar yang harus dihadapi Kluivert. Dalam waktu dekat, Timnas Indonesia akan kembali berlaga di lanjutan kualifikasi Piala Dunia 2026, yang menuntut adaptasi cepat dari pelatih. Kluivert harus memahami karakter permainan para pemainnya, menyesuaikan taktik dengan kekuatan tim, serta membangun chemistry yang kuat dalam waktu singkat.

Selain itu, Kluivert juga harus mampu beradaptasi dengan kultur sepak bola Indonesia, yang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan sepak bola Eropa. Ekspektasi yang tinggi dari publik serta tekanan dari federasi dan media menjadi tantangan tersendiri bagi seorang Kluivert.

Oleh karena itu, kemampuan Kluivert dalam berkomunikasi dengan pemain, memahami kekuatan dan kelemahan tim, serta menerapkan filosofi kepelatihan yang sesuai dengan karakter pemain Indonesia akan sangat menentukan keberhasilannya di tanah air.***

Ananda Puja Ath – Thariq
Komunikasi Digital dan Media

 

Kontroversi Delpi Dongker: Etiskah Menendang Fans di Atas Panggung?

0

Bogordaily.net – Baru-baru ini, Delpi Suhariyanto, vokalis dan gitaris band Dongker, menjadi sorotan publik setelah sebuah video yang menunjukkan dirinya menendang seorang penonton yang naik ke atas panggung beredar luas di media sosial. Insiden ini terjadi saat penampilan Dongker di acara Not Fest di Bandung pada 28 September 2024. Dalam video tersebut, terlihat seorang penonton naik ke panggung sambil merekam, dan Delpi menanggapinya dengan sebuah tendangan yang membuat penonton tersebut terjatuh dari panggung.

Menanggapi reaksi publik, Delpi menyampaikan permintaan maaf melalui akun Instagram pribadinya. Ia menjelaskan bahwa tindakannya didasari oleh kekhawatiran terhadap keselamatan peralatan dan kenyamanan di atas panggung.

Menurutnya, penonton tersebut telah beberapa kali diingatkan oleh kru Dongker karena mengganggu, namun tetap naik ke panggung. Delpi mengakui bahwa meskipun niatnya adalah menjaga situasi, tindakannya tidak tepat dan ia berkomitmen untuk belajar dari insiden ini.

Insiden ini memicu perdebatan mengenai batasan antara menjaga profesionalisme di atas panggung dan respons terhadap perilaku penonton. Di satu sisi, artis memiliki tanggung jawab untuk memastikan pertunjukan berjalan lancar dan aman, baik bagi diri mereka sendiri maupun bagi penonton lainnya. Namun, penggunaan kekerasan sebagai respons terhadap perilaku penonton menimbulkan pertanyaan etis.

Dalam konteks ini, penting bagi artis dan penyelenggara acara untuk memiliki protokol yang jelas dalam menangani situasi semacam ini. Pelatihan bagi kru dan artis dalam menghadapi penonton yang mengganggu tanpa menggunakan kekerasan dapat menjadi solusi untuk mencegah insiden serupa di masa depan.

Delpi telah mengambil langkah yang tepat dengan meminta maaf dan mengakui kesalahannya. Namun, insiden ini seharusnya menjadi pembelajaran bagi semua pihak dalam industri musik untuk lebih berhati-hati dan profesional dalam menangani situasi yang tidak terduga selama pertunjukan.

Penampilan band Dongker di acara Not Fest yang digelar di Bandung pada 28 September 2024 berubah menjadi perbincangan panas setelah insiden yang melibatkan vokalis sekaligus gitaris mereka, Delpi Suhariyanto.

Dalam sebuah video yang viral di media sosial, Delpi terlihat menendang seorang penonton yang naik ke atas panggung, menyebabkan orang tersebut jatuh ke bawah. Kejadian ini langsung menuai berbagai reaksi dari penggemar, musisi lain, hingga masyarakat umum, yang mempertanyakan apakah tindakan tersebut bisa dibenarkan atau justru merupakan sikap yang tidak etis bagi seorang musisi.

Kronologi Insiden: Dari Panggung ke Perdebatan Publik
Menurut saksi mata dan rekaman yang beredar, seorang penonton terlihat naik ke panggung saat Dongker sedang tampil. Dalam momen tersebut, penonton tersebut tampak merekam suasana konser dengan ponselnya, tetapi belum diketahui secara pasti apakah ia mengganggu jalannya pertunjukan atau hanya ingin menikmati suasana dari lebih dekat. Tak lama setelahnya, Delpi yang sedang memegang gitar tiba-tiba melayangkan tendangan ke arah penonton tersebut, menyebabkan ia terjatuh dari panggung.

Insiden ini langsung mengundang gelombang reaksi di media sosial. Banyak yang mengkritik Delpi karena dianggap terlalu kasar dalam menangani situasi, sementara sebagian lain membela bahwa tindakan itu bisa jadi merupakan refleks spontan untuk menjaga ketertiban di atas panggung.

Permintaan Maaf Delpi: Klarifikasi atau Pembelaan Diri?
Tak lama setelah video tersebut menjadi viral, Delpi akhirnya memberikan klarifikasi melalui akun Instagram pribadinya. Dalam unggahan tersebut, ia menyampaikan permintaan maaf dan menjelaskan bahwa tindakannya dilakukan demi menjaga keamanan dan kenyamanan di atas panggung.

“Saya ingin meminta maaf kepada semua pihak yang merasa kecewa dengan insiden kemarin. Tidak ada niat untuk menyakiti siapa pun, tetapi pada saat itu, saya merasa situasi di atas panggung harus dikendalikan. Penonton tersebut sudah beberapa kali diingatkan oleh kru kami untuk tidak naik ke panggung, namun tetap melakukannya. Saya sadar bahwa reaksi saya mungkin berlebihan, dan saya akan menjadikannya pelajaran ke depan.”

Namun, pernyataan ini masih menuai pro dan kontra. Beberapa pihak menerima permintaan maafnya, tetapi ada juga yang merasa bahwa sebagai seorang musisi profesional, Delpi Dongker, seharusnya bisa menangani situasi dengan lebih tenang tanpa harus menggunakan kekerasan.

Batasan Etika di Atas Panggung: Hak Musisi atau Kesalahan?
Kasus ini memunculkan pertanyaan yang lebih besar tentang batasan antara hak musisi untuk menjaga keamanan panggung dan etika dalam memperlakukan penonton.

Argumen yang Membenarkan Tindakan Delpi
Bagi sebagian orang, tindakan Delpi Dongker, dianggap dapat dimaklumi. Dalam banyak konser, naik ke atas panggung tanpa izin dapat dianggap sebagai bentuk pelanggaran batas pribadi dan berpotensi membahayakan artis, kru, dan peralatan di panggung. Ada beberapa alasan mengapa reaksi keras seperti itu bisa terjadi:

1. Keamanan Musisi – Banyak musisi yang mengalami insiden tidak menyenangkan akibat adanya penonton yang naik ke atas panggung, termasuk pelecehan atau tindakan yang mengancam keselamatan mereka.
2. Keselamatan Peralatan – Panggung dipenuhi dengan peralatan elektronik yang sensitif, dan seorang penonton yang tidak berhati-hati bisa saja merusaknya, mengganggu jalannya konser.
3. Disiplin dalam Acara – Jika satu orang diizinkan naik ke panggung, bisa jadi hal ini akan memicu penonton lain melakukan hal yang sama, menyebabkan kekacauan.

Argumen yang Menyatakan Tindakan Delpi Tidak Etis
Namun, ada juga yang berpendapat bahwa tindakan Delpi tidak bisa dibenarkan.

1. Kekerasan Bukan Solusi – Meskipun situasi di atas panggung harus dikendalikan, banyak cara lain yang bisa dilakukan tanpa harus melukai seseorang. Menggunakan isyarat tangan, meminta bantuan keamanan, atau sekadar menjauh bisa menjadi pilihan yang lebih etis.
2. Pengaruh Buruk bagi Penggemar – Sebagai figur publik, Delpi memiliki pengaruh besar terhadap penggemarnya. Tindakannya bisa memberikan contoh buruk bahwa kekerasan adalah solusi dalam menghadapi situasi yang tidak menyenangkan.
3. Respons yang Berlebihan – Jika memang penonton itu tidak berbahaya dan hanya ingin menikmati konser lebih dekat, apakah tendangan benar-benar diperlukan?

Haruskah Delpi Disalahkan?
Apakah Delpi bertindak etis atau tidak, jawaban dari pertanyaan ini tetap subjektif dan tergantung pada sudut pandang masing-masing orang. Bagi sebagian orang, ia hanya sedang menjaga ketertiban di atas panggung. Namun, bagi yang lain, penggunaan kekerasan dalam situasi seperti ini tidak bisa dibenarkan.

Yang jelas, insiden ini harus menjadi pelajaran bagi dunia musik Indonesia agar lebih profesional dalam menangani situasi di atas panggung. Semua pihak—baik musisi, penyelenggara, maupun penonton— memiliki peran dalam menjaga agar konser tetap menjadi pengalaman yang menyenangkan dan aman bagi semua orang.***

M. Raihan Ath-Thaariq 

Pulang Sejenak: Menjemput Hari Raya di Kota Bandung

0

Bogordaily.net – Langit siang di Kota Bogor tampak cerah, seolah turut mengiringi langkahku hari itu. Setelah melaksanakan salat Jumat, aku segera menuju Terminal Baranangsiang dengan hati yang berdebar. Kali ini bukan sekadar pulang akhir pekan—aku sedang bersiap untuk mudik Lebaran, menjemput hari raya di Kota Bandung. Di penghujung Ramadan, rasa rindu pada keluarga dan kampung halaman makin tak terbendung.

Terminal terlihat lebih ramai dari biasanya. Ratusan orang dengan tujuan yang beragam, namun memiliki satu benang merah, rindu akan kampung halaman. Aku menaiki bus menuju Bandung dan memilih tempat duduk di dekat jendela—tempat favoritku untuk menikmati perjalanan panjang. Udara dalam bus terasa panas, tapi tak mengurangi semangat para penumpang.

Pedagang naik satu per satu, menawarkan gorengan, permen, tisu, sampai mainan anak-anak. Tak lama, suara gitar pengamen jalanan mengalun, membawakan lagu-lagu lama yang entah kenapa terasa pas dengan suasana mudik—penuh nostalgia, rindu, dan harapan.

Bus perlahan mulai bergerak, melewati deretan toko dan lampu merah, lalu masuk ke gerbang tol. Begitu sampai di jalur bebas hambatan, suasana berubah jadi lebih tenang. Tak ada lagi pedagang atau pengamen, hanya deru mesin dan suara pelan dari penumpang yang saling bercakap.

Aku sempat membuka laptop, berniat menyelesaikan tugas kuliah yang tertunda, tapi pikiranku melayang. Entah karena guncangan bus atau suasana hati yang lebih ingin mengenang, aku malah terhanyut dalam lamunan. Aku pasang earphone dan memutar lagu-lagu dari album dan penyanyi favoritku.

Di luar jendela, matahari mulai bergeser ke barat, menyinari pepohonan dan bangunan yang berlalu satu per satu. Pemandangan itu membuat dadaku terasa hangat—aku sedang dalam perjalanan pulang.

Tak lama, rasa kantuk menyerang. Aku teringat nasihat nenek yang selalu mengingatkan, “Kalau di kendaraan umum jangan tidur, nanti barang kamu ilang.” Tapi hari itu, rasanya tak bisa kucegah, dan aku pun tertidur sambil memeluk tasku erat-erat.

Aku terbangun saat bus mulai memperlambat laju, mendekati pintu keluar tol. Pintu bus terbuka di Terminal Leuwipanjang yang penuh sesak oleh penumpang lain yang juga mudik. Di tengah keramaian, aku melihat sosok yang sangat kurindukan—ayahku, berdiri di dekat motornya dengan senyum khas yang tak pernah berubah.

Perjalanan ke rumah dari terminal terasa lebih cepat dari biasanya. Angin Bandung yang sejuk menyapa wajahku, membawa aroma khas tanah yang lama tak kurasakan. Setibanya di rumah, ibu menyambutku dengan pelukan hangat dan senyuman yang menenangkan. Ada hidangan ringan di meja, kue kering mulai berjajar di toples-toples kaca, dan suara takbir yang pelan mulai terdengar dari kejauhan.

Malam itu, suasana rumah begitu hidup. Kami mengobrol, menyiapkan baju Lebaran, dan bercanda seperti dulu. Tak ada yang lebih menyenangkan dari berkumpul bersama orang-orang yang kita cintai, apalagi di waktu-waktu penuh makna seperti menjelang Idulfitri.

Beberapa hari kemudian, gema takbir menggema lebih keras. Hari Raya pun tiba. Aku dan keluarga salat Id bersama di masjid dekat rumah, lalu bersalaman, saling memaafkan. Tangis haru dan tawa bercampur jadi satu—perasaan yang tak bisa digambarkan dengan kata-kata. Kebahagiaan sederhana yang hanya bisa dirasakan saat mudik dan berkumpul bersama keluarga.

Tak terasa libur lebaran telah usai, saatnya kembali ke Bogor. Berat rasanya meninggalkan rumah, tapi setidaknya aku pergi dengan hati yang penuh. Karena aku tahu, tak peduli sejauh apa aku pergi, rumah akan selalu ada—menunggu aku kembali, kapan pun aku rindu. Libur ini menjadi memen saat aku menjemput Hari Raya.***

 

Rifa Diaz Maulana Kosasih, Program Studi Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB University.

Nge-Camp di Bukit Citacitacamping

0

Bogordaily.net – Dua tahun lulus dari SMK, akhirnya rencana yang tadinya cuma jadi wacana doang, sekarang beneran kejadian! Saya, Farhan, sama Abdul udah lama banget ngomongin soal nge-camp bareng, tapi ujung-ujungnya cuma jadi omongan doang. Nah, kali ini saya mutusin buat serius, ngajak mereka diskusi lagi, dan akhirnya kami sepakat bakal nge-camp di Bukit Citacitacamping, Puncak, Bogor. Udah kebayang perjalanan ini bakal penuh tawa, canda, dan sedikit kekacauan!

Awal Mula
Saya inget, dua tahun setelah lulus, saya mulai kepikiran, “Duh, ini rencana nge-camp kapan kejadian sih?” Akhirnya, saya ngajak Farhan sama Abdul buat ngobrol serius.

Setelah debat kecil, ketemulah satu tempat yang kayaknya cocok, hasil rekomendasi dari TikTok nama tempatnya Bukit Citacitacamping.

Si Abdul langsung ambil peran buat ngubungin pengelola, nanya harga sewa tenda, peraturan, dan lain-lain.

Tapi pas mau bayar, kami mulai curiga, “Ini beneran asli nggak yaa?” Si Abdul akhirnya cek nomor itu di GetContact, dan bener aja ternyata penipuan! Untung banget kami belum sempet transfer uang.

Gara-gara kejadian itu, kami mutusin buat bawa perlengkapan sendiri aja biar lebih aman. Nah, dua hari sebelum berangkat, si Abdul tiba-tiba bilang dia nggak bisa ikut. Alasannya? Lagi kering duit.

Saya sama Farhan kecewa banget, kayaknya rencana ini bakal gagal lagi dan seperti biasa ujungnya cuma jadi wacana aja.

Tapi yang bikin kaget, pas hari H, si Abdul tiba-tiba chat di grup, “Bre, gue jadi ikut!” Saya sama Farhan langsung kaget dan nggak percaya.

Dengan semangat saya nanya, “Serius lu, Dul?” dan dia dengan pede jawab, “Serius, duitnya udah ada!” Akhirnya, rencana ini beneran kejadian, meskipun masing-masing harus buru-buru siapin barang buat dibawa nanti.

Perjalanan Dimulai
Titik kumpul pertama ada di rumah Farhan, di Depok. Saya berangkat dari Bogor naik KRL dan nyampe duluan.

Si Abdul? Masih otw dari Jakarta. Sore makin gelap, saya sama Farhan nungguin Abdul yang entah di mana.

Eh, tau-tau dia malah balik ke rumah dulu buat makan! Saya sama Farhan langsung kesel, “Ini orang niat nggak yee?”

Jam 11 malam akhirnya kami berangkat naik dua motor. Baru mulai perjalanan, udah kena hujan.

Tapi semangat masih full tank, meskipun ada sedikit rasa waswas. Rute yang kami lewati mulai dari Jalan Margonda – Jalan Raya Bogor – Sentul – Bukit Pelangi – dan akhirnya Jalan Raya Puncak.

Nah, pas masuk Bukit Pelangi, jalanan mulai gelap, sepi, dan agak serem. Saya dibonceng si Abdul yang keliatan sok berani, padahal gestur badannya keliatan banget kalau dia takut.

Dia ngebut asal-asalan, nerobos lubang, polisi tidur juga diterjang tanpa ampun. Saya sama Farhan ketawa liat dia panik sendiri. Sebenarnya, Saya udah tawarin kalau emang takut, gantian aja. Tapi si Abdul kekeh nolak, kayaknya sih gengsi.

Setelah perjalanan menuju Bukit Citacitacamping yang lumayan panjang, akhirnya sampai juga di lokasi. Tapi perjuangan belum selesai, karena jalanannya makin parah berlubang, berbatu, dan kami harus jalan kaki lagi buat naik ke area camping.

Si Abdul, yang badannya agak gede, udah ngos-ngosan duluan. Saya sama Farhan makin semangat ngeledekin dia, “Ayo, Dul! Anggep aja olahraga!”

Sampai di Tempat, Masalah Baru Muncul
Begitu sampe di spot camping, kami langsung pasang tenda. Tapi yaaa… si Abdul udah kecapean total, dia cuma duduk, ngatur napas, sementara saya sama Farhan sibuk ngebangun tenda. Dan di sinilah kita sadar, ada dua masalah besar:
1. Kita lupa bawa baterai buat lampu tenda.
2. Kita juga lupa beli gas buat masak.

Saya sama Farhan langsung panik. Yaudah, akhirnya diputusin buat bagi tugas. Tapi sebelum kita ngomongin siapa yang harus turun cari barang, si Abdul udah duluan ngomong, “Gue jaga tenda aja ya?” Saya sama Farhan langsung ketawa terus-terusan, “Bilang aja males turun, Dul, dengkul gemeteran kan tuh!”

Akhirnya, saya sama Farhan turun cari gas dan baterai. Turunnya sih enak, tapi pas naik lagi, lutut udah mulai gemeter. Nyampe di tenda, langsung masak mie, bikin kopi, terus duduk santai sambil ngobrol dari topik A-Z sampe malem sekitar setengah empat pagi.

Pagi yang (Hampir) Sia-Sia
Kami niatnya bangun pagi buat liat sunrise. Semua udah set alarm dengan jeda 10 menit biar nggak kebablasan. Tapi apa yang terjadi? Alarm bunyi berkali-kali, nggak ada yang bangun! Pas alarm kelima bunyi, saya akhirnya maksa buat bangunin mereka.

Dengan semangat mau liat sunrise, saya keluar tenda… eh, yang keliatan malah kabut tebel! Saya langsung kecewa, batal dapet foto estetik buat story Instagram. Tapi pas liat gunung yang berdiri megah di depan mata, saya diem sejenak. “Keren banget.” Rasa kecewa langsung ilang.

Pemandangan ini bener-bener nggak bisa ditukar sama apapun bahkan ini kali pertama saya ngeliat pemandangan alam yang seindah ini. Dengan pemandangan yang indah, kami sarapan, ngobrol random, nostalgia masa-masa SMK, sampe akhirnya siang pun datang.

Penutup
Saatnya pulang. Walaupun perjalanan ini penuh kekacauan, tapi justru itu yang bikin semuanya jadi lebih seru. Saya bersyukur punya sahabat kayak Farhan sama Abdul.
Perjalanan ini bukan cuma tentang nge-camp, tapi juga soal kebersamaan, tawa, dan

momen-momen yang nggak bakal dilupain.
Nge-camp di Bukit Citacitacamping? Mission accomplished!***

Ananda Puja Ath – Thariq
Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media Sekolah Vokasi IPB University

Gilang Ayuningtyas: Menyemai Ilmu, Merawat Gizi dari Peternakan

0

Bogordaily.net – Di tengah hiruk-pikuk perdebatan swasembada pangan, di antara upaya menciptakan sistem pertanian dan peternakan yang berkelanjutan, ada sosok yang diam-diam konsisten menyuarakan pentingnya pangan hewani berkualitas untuk masyarakat Indonesia. Namanya Gilang Ayuningtyas — dosen Program Studi Teknologi dan Manajemen Ternak, Sekolah Vokasi IPB.

Sejak kecil, Bu Gilang, sudah akrab dengan dunia pertanian dan peternakan. Tumbuh di lingkungan keluarga yang berasal dari Tasikmalaya, ia dikelilingi oleh kebun teh, sawah padi, dan tegakan pohon jati serta akasia milik sang kakek. Di halaman rumah, ayam kampung dan domba menjadi pemandangan sehari-hari. Dunia pertanian dan peternakan bukan hal asing baginya — ia hidup di dalamnya.

Namun ketertarikan Bu Gilang tak berhenti pada aktivitas bertani dan beternak semata. Ia penasaran dengan hal yang lebih dalam: bagaimana sebenarnya gizi dari pangan hewani terbentuk? Apa yang membuat daging, telur, susu, dan produk turunannya menjadi sumber nutrisi penting bagi manusia?

Ketika waktunya memilih jurusan kuliah tiba, ia sempat mempertimbangkan jurusan gizi. Namun setelah menggali lebih jauh, ternyata bidang yang membahas proses produksi dan kualitas pangan hewani justru ada di Fakultas Peternakan IPB. Di sanalah ia menempuh pendidikan, menyelami lebih dalam proses budidaya ternak untuk menghasilkan produk daging, telur, dan susu dari hulu ke hilir.

Lulus dari Fapet IPB, Bu Gilang punya ambisi untuk terjun ke industri pangan besar. Namun rencana berubah ketika orang tuanya menyarankan pilihan lain — menjadi pengajar. Saran yang awalnya terdengar jauh dari mimpi masa mudanya, perlahan menemukan maknanya sendiri.

“Awalnya saya tidak percaya diri, karena kuliah pun sambil bekerja — jadi tutor bimbel untuk mencukupi kebutuhan. Rasanya sulit membayangkan jadi dosen, apalagi lanjut S2,” kenangnya. Namun pintu kesempatan terbuka saat Sekolah Vokasi IPB membuka lowongan dosen. Ia diterima, dan bersamaan dengan itu, mendapatkan beasiswa S2. Langkah yang semula terasa berat, justru menjadi titik balik karier akademiknya.

Kini, Bu Gilang dikenal sebagai salah satu dosen muda yang aktif dalam penelitian dan pengembangan bidang peternakan, khususnya di bidang perunggasan dan pengolahan pangan hewani. Salah satu risetnya yang cukup menonjol adalah tentang inovasi pengawet alami pada produk bakso sapi — sebagai alternatif pengawet kimia, bahkan bahan pengawet yang sebetulnya bukan untuk pangan seperti boraks dan formalin. Penelitian ini menjadi bagian dari upaya besar untuk meningkatkan keamanan pangan yang sehat dan layak konsumsi.

Tak hanya di laboratorium, kiprah Bu Gilang juga melintasi batas negara. Ia turut serta dalam proyek revitalisasi pendidikan vokasi bekerja sama dengan Belanda, yang bertujuan untuk memperkuat keterampilan siswa SMK peternakan dan pertanian. Menurutnya, negara-negara Eropa memiliki kepedulian tinggi terhadap pendidikan vokasi — sebuah semangat yang ingin ia tularkan di Indonesia.

Gilang Ayuningtyas, juga terlibat dalam pengembangan pakan ayam lokal berbasis maggot, proyek yang tak hanya inovatif secara teknis, tetapi juga berhasil membawanya bersama tim meraih penghargaan sebagai “Second Winner Best Inovasi” di Kabupaten Bogor.

Meski banyak tantangan menghadang — mulai dari belum tercapainya swasembada pangan nasional (khususnya daging dan susu) hingga rendahnya konsumsi protein hewani di masyarakat — Bu Gilang tetap optimis. Ia percaya bahwa peternakan masa depan harus dibangun dengan prinsip berkelanjutan.

“Produksi protein hewani yang berkualitas bisa mencerdaskan bangsa. Tapi semua itu harus dilakukan dengan wawasan lingkungan, agar keberlanjutannya terjaga,” tuturnya.

Dengan semangat dan dedikasi yang tumbuh dari akar pengalaman masa kecilnya, Bu Gilang Ayuningtyas terus menyemai ilmu, tidak hanya untuk mahasiswanya, tetapi juga untuk masa depan pangan Indonesia.***

Rifa Diaz Maulana Kosasih, Program Studi Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB University.

Pentingnya Etika dalam Berbagi Informasi di Era Digital

0

Bogordaily.net – Dalam zaman digital yang bergerak cepat saat ini, siapa pun dapat dengan cepat mengakses dan berbagi informasi. Namun, kemudahan ini juga membawa tantangan baru, terutama yang berkaitan dengan etika. Sherry Turkle, seorang akademisi di Massachusetts Institute of Technology (MIT), menyatakan bahwa teknologi telah mengubah cara kita berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga penting untuk mengevaluasi aspek etika dalam penyebaran informasi (Turkle, 2011). Dalam hal ini, etika berfungsi sebagai panduan untuk menilai apa yang dianggap benar dan salah dalam distribusi informasi.

Peran Etika dalam Penyebaran Informasi
Etika memiliki peranan krusial dalam menjaga keaslian informasi yang disebarkan. David Lyon, seorang pakar dalam bidang sosiologi, menggarisbawahi bahwa etika berfungsi untuk mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap informasi yang diterima (Lyon, 2015).

Di era yang dipenuhi oleh berita yang tidak benar dan informasi yang menyesatkan, etika menjadi dasar untuk memastikan bahwa informasi yang disampaikan adalah tepat dan dapat diandalkan. Tanpa adanya etika, informasi dapat dengan gampang disalahgunakan demi keuntungan individu atau kelompok tertentu.

Dampak Kurangnya Etika dalam Berbagi Informasi
Ketiadaan etika dalam menyebarkan informasi dapat menimbulkan sejumlah masalah yang cukup serius. Penyebaran berita palsu dan informasi yang salah bisa mengakibatkan kebingungan di antara masyarakat.

Sebuah studi oleh Pew Research Center menunjukkan bahwa 64% orang dewasa merasa bahwa berita yang tidak benar telah menyebabkan mereka kesulitan memahami fakta-fakta penting. Ini menggambarkan betapa besar konsekuensi dari ketidakpatuhan etika dalam berbagi informasi.

Selain itu, informasi yang salah dapat menyebabkan perpecahan sosial, di mana masyarakat terbagi menjadi kelompok-kelompok yang saling bertentangan, yang menghalangi terciptanya dialog yang konstruktif.

Prinsip Etika dalam Berbagi Informasi
Beberapa nilai etika yang harus diperhatikan dengan serius dalam proses berbagi data, terutama di zaman digital yang serba cepat ini, mencakup kejujuran, ketepatan, dan tanggung jawab.

Richard DeGeorge, seorang pakar etika yang dihormati, dengan tegas menegaskan pentingnya menjamin bahwa informasi yang disampaikan kepada publik adalah benar, sah, dan tidak menyesatkan, sehingga dapat dipercaya oleh orang-orang yang mengaksesnya (DeGeorge,

2010). Kejujuran dalam menyampaikan informasi bukan hanya sekadar kewajiban moral, melainkan juga merupakan elemen penting untuk menciptakan dan mempertahankan kepercayaan di antara individu, kelompok, dan masyarakat secara keseluruhan.

Selain itu, individu yang berpartisipasi dalam proses berbagi data juga perlu menyadari dan bertanggung jawab atas konsekuensi yang mungkin ditimbulkan oleh informasi yang mereka distribusikan.

Ini meliputi pemikiran yang cermat mengenai bagaimana informasi tersebut dapat mempengaruhi orang lain, serta implikasinya terhadap masyarakat secara umum, baik dalam aspek sosial, politik, maupun budaya.

Oleh karena itu, pemahaman mengenai nilai-nilai etika ini sangat krusial untuk membangun lingkungan informasi yang sehat, konstruktif, dan bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat.

Peran Individu dan Platform Digital dalam Menegakkan Etika
Setiap orang memiliki kewajiban untuk memastikan kebenaran informasi sebelum menyebarkannya. Dalam konteks ini, kemampuan dalam literasi media menjadi sangat krusial.

Ethan Zuckerman, seorang pakar di bidang media, berpendapat bahwa masyarakat harus diberi pelatihan untuk membedakan antara informasi yang kredibel dan yang tidak (Zuckerman, 2014).

Di samping itu, platform digital seperti media sosial juga harus menerapkan kebijakan yang memperkuat etika dalam proses berbagi informasi. Mereka perlu aktif berkontribusi dalam mengurangi penyebaran berita yang keliru dan mengedukasi para pengguna mengenai pentingnya etika dalam berbagi informasi.

Kesimpulan
Dalam zaman digital yang cepat dan rumit ini, pentingnya moral dalam distribusi informasi tidak bisa diabaikan. Etika berfungsi sebagai pedoman yang mendukung kelestarian integritas data, membangun kepercayaan masyarakat, serta mencegah penyebaran berita palsu dan disinformasi yang bisa merugikan warga.

Ketidakhadiran etika dalam proses berbagi informasi dapat menyebabkan kebingungan, polarisasi sosial, dan dampak negatif lain yang serius. Oleh karena itu, prinsip-prinsip etika seperti integritas, ketepatan, dan tanggung jawab harus selalu diperhatikan oleh setiap individu yang terlibat dalam aktivitas berbagi informasi.

Selain itu, setiap orang memiliki kewajiban untuk memeriksa kebenaran informasi sebelum menyebarkannya, sedangkan platform digital harus menerapkan kebijakan yang mendukung etika dan memberi pendidikan kepada penggunanya.

Dengan cara ini, sinergi antara individu dan platform digital menjadi sangat penting untuk menciptakan ekosistem informasi yang sehat, konstruktif, dan bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat.***

Oleh: Indra Nur Ramadhansyah
Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media Sekolah Vokasi IPB University

 

Dari Laboratorium ke Ruang Kelas, Perjalanan Akademik Tera Fit Rayani di Dunia Peternakan

0

Bogordaily.net – Tera Fit Rayani, S.Pt., M.Si., lahir di Kabupaten Sumedang pada 26 Maret 1993. Saat ini, ia mengabdikan diri sebagai dosen serta menjabat sebagai Kepala Laboratorium Unggas di Program Studi Teknologi dan Manajemen Ternak.

Perjalanan pendidikannya dimulai dari SD Negeri Cikadu di desanya, kemudian berlanjut ke SMP Negeri 2 Situraja yang berada di tingkat kecamatan. Setelah itu, ia menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri Situraja. Selepas SMA, ia merantau ke Bogor dan diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur undangan.

Di IPB, ia mengambil jurusan Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan di Fakultas Peternakan. Pada tahun 2014, ia mengikuti program sinergi yang memungkinkannya langsung melanjutkan studi ke jenjang magister di departemen yang sama. Dengan program tersebut, ia berhasil menyelesaikan S1 dan S2 dalam waktu lima tahun.

Menariknya, sejak awal memilih jurusan, ia sebenarnya tidak memiliki ketertarikan khusus terhadap Fakultas Peternakan. Keinginannya saat itu hanyalah bisa masuk IPB, dan kebetulan Fakultas Peternakan memiliki tingkat persaingan yang lebih rendah dibanding program studi lain, sehingga ia menempatkannya sebagai pilihan ketiga.

Namun, setelah mendalami perkuliahan, ia menemukan ketertarikan pada ilmu nutrisi dan metabolisme pakan ternak. Ia menyadari bahwa bidang ini sesuai dengan minatnya, terutama karena ketertarikannya pada aspek biologi yang lebih mendalam.

Dalam perjalanannya menyelesaikan pendidikan, salah satu tantangan terbesar yang ia hadapi adalah manajemen waktu. Mengikuti program sinergi membuatnya harus mengambil mata kuliah S2 saat masih menyelesaikan S1 di semester tujuh.

Hal ini menyebabkan jadwalnya menjadi sangat padat dan cukup melelahkan. Namun, tantangan ini justru menjadi pendorong baginya untuk terus berkembang.

Awalnya, ia bercita-cita menjadi seorang peneliti yang bekerja di laboratorium dan tidak banyak berinteraksi dengan orang. Namun, pengalaman menjadi asisten dosen laboratorium dan asisten praktikum selama kuliah mengubah pandangannya. Dari yang semula merasa nyaman bekerja sendiri di laboratorium, ia mulai menikmati dunia pengajaran.

Pengalaman membimbing mahasiswa dan bertanggung jawab dalam praktikum membuatnya semakin tertarik pada bidang akademik. Hingga akhirnya, setelah menyelesaikan S2, ia mendapat tawaran menjadi dosen di Sekolah Vokasi IPB pada tahun 2018, dan sejak saat itu ia menekuni profesi sebagai pengajar.

Sebagai akademisi, ia memilih untuk fokus pada bidang unggas, khususnya dalam aspek pakan dan nutrisi. Salah satu penelitian yang paling berkesan baginya adalah penelitian tentang nutrigenomics, yaitu studi mengenai ekspresi gen berdasarkan nutrien yang diberikan kepada ternak.

Penelitian ini sangat menarik karena masih tergolong baru dan belum banyak dikembangkan di Indonesia. Meskipun hasilnya belum sepenuhnya memuaskannya, pengalaman tersebut menjadi tantangan tersendiri baginya untuk terus belajar dan memperdalam bidang ini.

Di luar penelitian, ia juga memiliki kontribusi dalam dunia akademik, seperti menjadi best paper dalam sebuah seminar serta turut serta dalam penciptaan instalasi Aqua Fooder, sebuah sistem yang mengintegrasikan produksi pakan ternak dengan budidaya ikan air tawar. Instalasi ini telah mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) dan menjadi bukti nyata kontribusinya dalam pengembangan teknologi peternakan.

Sebagai dosen, salah satu momen paling berkesan baginya adalah ketika melihat mahasiswanya mampu mengaplikasikan ilmu yang telah ia ajarkan. Baik ketika mereka mengikuti kompetisi dan memenangkan lomba, maupun saat memasuki dunia kerja dan berhasil menerapkan pengetahuan yang telah mereka pelajari. Baginya, melihat mahasiswa berkembang dan sukses adalah kepuasan tersendiri.

Ia selalu menekankan kepada mahasiswanya untuk tidak pernah berhenti belajar. Baginya, belajar tidak mengenal batas usia atau situasi. Kapanpun dan di manapun, seseorang harus selalu membuka diri untuk menambah ilmu.

Harapannya dalam dunia pendidikan adalah agar mereka yang memiliki kesempatan dan privilege untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi dapat memanfaatkannya sebaik mungkin. Ia ingin ilmu yang didapat oleh generasi muda tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tetapi juga bagi lingkungan dan negara.

Sebagai akademisi, Tera Fit Rayani terus berupaya mengembangkan diri, baik dalam penelitian maupun pengajaran, dengan harapan dapat berkontribusi lebih besar dalam dunia pendidikan dan peternakan di Indonesia.***

 

Sella Syahfillah Aishwasam, Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media