Bogordaily.net – Hari itu Jalan Sholeh Iskandar—yang biasa disingkat Sholis—tiba-tiba menjadi panggung kecil dari gejolak remaja yang belum sempat meledak. Senin siang, 14 Juli 2025, sebanyak 14 siswa SMK diamankan polisi di kawasan Tanahsareal, Kota Bogor. Mereka diamankan bukan karena sudah tawuran, tapi karena diduga akan tawuran. Pencegahan, kata polisi.
Kapolsek Tanahsareal, Kompol Doddy Rosjadi, yang kebetulan melintas, melihat sekumpulan remaja berseragam sekolah berjalan bersama. Naluri pengayomnya bicara.
“Ketika saya lewat di Jalan Sholis, saya lihat mereka berjalan bareng. Langsung saya hubungi anggota Quick Response. Tidak lama, mereka datang dan kami amankan ke Polsek,” ujar Doddy.
Ini bukan penangkapan. Ini, menurutnya, adalah bentuk pencegahan tawuran pelajar di Bogor. “Kalau nggak kita amankan, bisa saja mereka bentrok di jalan. Mereka semua siswa SMK di Kota Bogor,” lanjutnya.
Senjata Tajam Ditemukan: Pisau Siap Sabet?
Yang bikin suasana makin tegang, ternyata ditemukan satu bilah senjata tajam jenis pisau dari salah satu siswa. Temuan ini memperkuat dugaan bahwa gerombolan pelajar itu memang sedang menuju medan konflik.
Kasi Humas Polresta Bogor Kota, Ipda Eko Agus, membenarkan hal tersebut.
“Ada satu senjata tajam diamankan, satu orang kedapatan membawa pisau,” ujar Eko.
Kini ke-14 siswa tersebut masih menjalani pemeriksaan intensif di Polsek Tanahsareal. Polisi masih menelusuri motif serta kemungkinan adanya kelompok lain yang terlibat. Apakah ini bentrokan terjadwal? Atau hanya aksi unjuk nyali remaja yang kehilangan arah?
Fenomena Tawuran Pelajar dan Jalan Sholeh Iskandar
Jalan Sholeh Iskandar di Kota Bogor bukan lokasi asing bagi aparat. Jalan ini panjang, terbuka, dan strategis. Kerap menjadi titik kumpul yang berujung konflik. Tidak heran jika aparat semakin memperketat patroli di kawasan ini.
Beberapa warga menilai para siswa hanya nongkrong. Tapi mengapa harus ramai-ramai berjalan kaki, dan kenapa ada yang membawa pisau?
Perlu Gerakan Bersama: Sekolah, Orang Tua, dan Polisi
Aksi cepat Polsek Tanahsareal patut diapresiasi. Namun, pencegahan tawuran pelajar di Kota Bogor tak bisa hanya dibebankan pada polisi. Sekolah harus ikut aktif melakukan pendekatan yang lebih humanis. Orang tua juga tidak bisa lepas tangan.
Ini bukan sekadar soal pelanggaran hukum, tetapi tentang arah hidup para remaja. Generasi muda kita perlu lebih dari sekadar disiplin: mereka butuh bimbingan, nilai, dan harapan.***