Sunday, 25 May 2025
Home Blog Page 85

HUT TNI AU Ke-79, Bupati Bogor Rudy Susmanto Apresiasi “Pesta Patok” Domba Garut di Pakansari

0

Bogordaily.net – Peringati Hari Ulang Tahun ke-79 TNI Angkatan Udara, Bupati Bogor, mengapresiasi lomba seni ketangkasan Domba Garut atau yang dikenal sebagai “Pesta Patok” di Stadion Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor, pada Minggu 20 April 2025.

Dalam kegiatan ini memberikan dukungan penuh terhadap gelaran seni dan budaya tersebut sebagai bagian dari upaya peningkatan ketahanan pangan dan pemberdayaan peternak lokal.

Bupati Bogor, menyampaikan bahwa, kegiatan seperti ini menjadi bukti nyata komitmen Kabupaten Bogor dalam menggali dan memaksimalkan potensi peternakan daerah.

Ia menegaskan, sejak tiga tahun terakhir, Pemerintah Kabupaten Bogor terus menggencarkan program-program untuk mendukung sektor pertanian dan peternakan, salah satunya dengan pembangunan Pasar Hewan Jonggol yang digadang-gadang menjadi pasar hewan terbesar di Jawa Barat.

“Dari tahun ke tahun kita melihat peningkatan kualitas peternak kita. Jika tiga tahun lalu kita belum pernah juara, kini kita mulai unjuk gigi. Bahkan tahun ini, Kabupaten Bogor berhasil meraih juara pertama dalam kategori lomba berat dengan bobot domba mencapai 130 kg,” kata Rudy.

Kemudian, ia menambahkan, kompetisi semacam ini bukan hanya soal prestasi, tapi juga soal penguatan ekonomi masyarakat.

“Satu domba juara bisa mengangkat ekonomi satu keluarga. Bisa saja dari satu ekor domba, lahir masa depan anak-anak yang lebih cerah seperti jadi dokter, jenderal, bahkan presiden,” jelasnya.

Selain itu, kegiatan Pesta Patok ini juga menjadi momen spesial bagi masyarakat Bogor karena menyajikan pesta rakyat dengan lebih dari 2.500 jajanan gratis yang disediakan oleh pelaku UMKM lokal dan pedagang kaki lima.

Ditempat yang sama, Panglima Komando Operasi Udara I (Pangkoopsud I) Marsda TNI Mohammad Nurdin menyatakan bahwa kegiatan Pesta Patok adalah wujud dukungan TNI AU terhadap program ketahanan pangan nasional.

Adapun, kompetisi ini digelar secara serentak di 16 kota/kabupaten di wilayah barat Indonesia, dari Sabang hingga Tasikmalaya.

“Pesta Patok bukan hanya kontes biasa. Ini adalah bentuk kepedulian TNI terhadap masyarakat, khususnya peternak, untuk terus meningkatkan kualitas dan semangat beternak. Apalagi dampak ekonominya sangat signifikan, baik bagi peternak yang ikut bertanding maupun yang terinspirasi untuk memulai usaha ternak,” ujar Marsda TNI Nurdin.

Sebagai informasi, kompetisi nasional ini dibagi ke dalam tiga kelas: POEL 0, POEL 1–2, dan Kelas Ekstrem, dengan penilaian khusus pada bobot hewan. Juara pertama tingkat nasional diraih oleh peternak asal Kabupaten Bogor, menandai keberhasilan kolaborasi antara pemerintah daerah dan para peternak dalam mencetak bibit unggul.

“Gelaran ini menegaskan bahwa sinergi antara TNI, pemerintah daerah, dan masyarakat dapat menghasilkan dampak yang luas, mulai dari pelestarian budaya hingga penguatan ekonomi dan pangan nasional,” ungkapnya.***

Albin Pandita

Perjuangan Ciptakan Momen yang Indah di Desa Wisata Neglasari

0

Bogordaily.net – Perjalanan ini bukan sekadar liburan, tetapi sebuah perjalanan tugas untuk menyelesaikan proyek fotografi sebagai tugas akhir semester 3. Saya memilih Desa Wisata Neglasari, sebagai lokasi pemotretan karena tempat tersebut terkenal dengan keindahan alamnya yang memukau dan aktivitas river tubing yang menarik untuk diabadikan.

Namun, perjalanan menuju desa ini ternyata penuh dengan tantangan yang tak terduga, menguji kesabaran dan ketahanan fisik saya serta teman-teman. Meskipun begitu, setiap rintangan yang kami hadapi justru menambah nilai dan makna dari perjalanan ini.

Kami berangkat dari kampus sekitar pukul 10 siang dengan harapan perjalanan akan berlangsung lancar. Namun, kenyataannya jauh dari yang kami bayangkan.

Jalan utama yang biasanya kami lewati sedang dalam perbaikan besar, sehingga kami terpaksa mengambil jalur alternatif yang kondisinya sangat buruk. Jalanan berbatu, berlubang, dan menanjak dengan kemiringan yang cukup ekstrem membuat perjalanan menjadi sangat melelahkan.

Beberapa kali saya harus melaju pelan karena jalanan yang tidak bersahabat, bahkan di beberapa titik saya harus turun dan menuntun motor agar tidak tergelincir. Rasa lelah mulai terasa, tetapi semangat untuk menyelesaikan tugas fotografi tetap membara, mendorong saya untuk terus melanjutkan perjalanan.

Sepanjang perjalanan, saya melihat banyak pengendara lain yang juga mengalami kesulitan melewati jalur ini. Beberapa pengendara motor bahkan harus meminta bantuan warga sekitar untuk mendorong kendaraan mereka yang terjebak di lumpur.

Jalan yang digunakan hanya bisa dilalui dengan motor, sehingga hanya satu jalur yang tersedia dan kami harus bergantian untuk melaluinya.

Perjalanan yang saya bayangkan akan berjalan cepat, ternyata memakan waktu hampir dua kali lipat lebih lama dari perkiraan awal, membuat kami harus ekstra sabar dan waspada.

Di tengah perjalanan, saya sempat berpikir apakah semua usaha ini akan sepadan dengan hasil yang akan saya dapatkan. Namun, tekad saya untuk menyelesaikan proyek ini membuat saya terus maju.

Setelah hampir satu jam melewati jalan yang penuh rintangan, akhirnya saya tiba di Desa Wisata Neglasari. Udara sejuk langsung menyambut saya, ditemani suara gemericik air hujan yang masih deras dari sisa hujan sebelumnya. Pemandangan alam di sini benar-benar memanjakan mata.

Hamparan hijau pepohonan, sawah yang terbentang luas, serta aliran sungai yang jernih menciptakan suasana yang sangat menenangkan. Sejenak, rasa lelah saya terlupakan. Saya segera menyiapkan kamera dan mulai berburu momen terbaik, menangkap setiap detil keindahan alam yang tersaji di depan mata. Saya merasa seperti berada di dunia yang berbeda, jauh dari hiruk-pikuk kota dan rutinitas kampus yang padat.

Namun, sebelum sampai di lokasi river tubing, saya kembali dihadapkan pada tantangan lain. Perjalanan ke sana sangat sulit karena jalannya menurun curam dan licin akibat hujan yang baru saja turun.

Saya harus berjalan dengan ekstra hati-hati agar tidak tergelincir. Bahkan, di satu titik, saya kehilangan keseimbangan dan jatuh. Kamera saya sempat terbanting, dan baterainya terlempar ke tanah.

Untungnya, setelah diperiksa, kamera saya masih dalam kondisi baik, hanya sedikit kotor terkena lumpur. Saya membersihkannya secepat mungkin dan melanjutkan perjalanan dengan lebih berhati-hati. Pengalaman ini mengingatkan saya bahwa dalam fotografi, kesabaran dan kehati-hatian adalah kunci utama untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.

Setelah melewati tantangan tersebut, saya pun akhirnya sampai di lokasi river tubing. Pemandangan di sini sangat menakjubkan. Sungai dengan airnya yang jernih mengalir deras di antara bebatuan besar, menciptakan jeram-jeram kecil yang menarik untuk diabadikan dalam lensa kamera. Saya mengambil beberapa foto para wisatawan yang sedang menikmati aktivitas ini, menangkap ekspresi mereka saat meluncur melewati jeram kecil.

Tak hanya itu, saya juga mengabadikan suasana desa, dari anak-anak yang bermain di tepi sungai hingga penduduk lokal yang sedang beraktivitas. Beberapa sudut desa memiliki keunikan tersendiri, seperti jembatan bambu yang melintasi sungai dan pondok-pondok kecil, yang digunakan warga untuk beristirahat setelah bekerja di sawah. Setiap sudut desa seolah memiliki cerita tersendiri yang menunggu untuk diabadikan.

Saat tengah sibuk mengambil foto, seorang warga setempat menghampiri saya dan mengajak berbincang. Ia bercerita tentang bagaimana desa ini berkembang menjadi destinasi wisata berbasis alam, serta bagaimana masyarakatnya berperan dalam menjaga kelestarian lingkungan. Saya juga diajak untuk melihat langsung proses pembuatan peralatan river tubing oleh penduduk setempat.

Mereka menggunakan ban bekas yang diolah kembali agar layak digunakan untuk wisatawan. Perbincangan ini memberi saya perspektif baru tentang pariwisata yang berkelanjutan dan dampaknya bagi masyarakat lokal.

Saya juga mendapat kesempatan untuk memotret beberapa hasil panen seperti terong, cabai, dan berbagai jenis buah yang ditanam oleh warga, menambah koleksi foto saya dengan nuansa kehidupan sehari-hari di desa.

Saya merasa semakin terhubung dengan alam dan masyarakat sekitar, merasakan betapa pentingnya menjaga keseimbangan antara perkembangan pariwisata dan pelestarian lingkungan.

Setelah puas berburu foto, saya memutuskan untuk mencoba river tubing sendiri. Awalnya, saya ragu karena arus sungai terlihat cukup deras, tetapi setelah mendapat instruksi dari pemandu, saya pun memberanikan diri.

Sensasi meluncur di atas ban mengikuti aliran sungai benar-benar menyegarkan dan penuh tantangan. Beberapa kali saya harus mengangkat badan agar tidak terbentur batu, tetapi justru itulah yang membuatnya semakin seru.

Selama perjalanan menyusuri sungai, saya juga menyempatkan diri untuk mengambil beberapa foto dari perspektif yang berbeda, menangkap keindahan alam sekitar dengan sudut pandang yang lebih unik.

Saya merasa seperti menjadi bagian dari alam, merasakan setiap detil keindahan yang seringkali terlewatkan jika hanya dilihat dari tepian.

Selain river tubing, saya juga mengunjungi beberapa tempat menarik lainnya di desa ini. Salah satunya adalah area persawahan terasering yang sangat indah ketika dipotret dari sudut yang tepat.

Saya menggunakan drone untuk mengambil gambar dari atas, dan hasilnya benar benar memuaskan. Sawah hijau yang berundak-undak menciptakan pola yang begitu estetis dalam foto saya.

Udara yang segar dan suasana yang tenang membuat saya betah berlama lama di sini, menikmati setiap detil keindahan alam yang tersaji. Saya juga sempat berbincang dengan seorang petani yang sedang bekerja di sawah.

Ia bercerita tentang bagaimana mereka mengelola sawah secara tradisional, menggunakan metode yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Saya merasa semakin terinspirasi oleh kerja keras dan dedikasi mereka.

Tidak hanya persawahan dan sungai, Desa Neglasari juga memiliki peternakan kecil yang dikelola oleh masyarakat setempat. Saya mengunjungi sebuah kandang domba, di mana para peternak dengan sabar merawat hewan ternak mereka.

Saya berbincang dengan salah satu peternak yang menjelaskan bagaimana mereka mengolah peternakannya. Saya juga memotret beberapa domba yang sedang diberi makan serta anak-anak desa yang membantu di peternakan.

Pemandangan ini sangat menarik, menunjukkan keseharian masyarakat desa yang hidup berdampingan dengan alam dan memanfaatkan sumber daya secara bijak. Saya merasa bahwa desa ini adalah contoh nyata dari kehidupan yang harmonis antara manusia dan alam.

Hari semakin siang, dan saya menyempatkan diri untuk menikmati makan siang di salah satu warung sederhana di desa. Saya memesan nasi liwet dengan lauk ikan bakar dan sambal terasi yang menggugah selera.

Setelah makan, saya kembali mengabadikan suasana desa sebelum akhirnya bersiap untuk pulang. Saya memastikan semua foto yang saya butuhkan telah diambil dengan baik dan sesuai dengan konsep yang telah saya rencanakan sebelumnya, merasa puas dengan hasil yang telah saya dapatkan.

Saya juga sempat membeli beberapa oleh-oleh khas desa, seperti keripik pisang dan madu lokal, sebagai tanda terima kasih atas keramahan warga.

Perjalanan pulang pun tak kalah menantang. Jalanan yang tadi sudah sulit dilalui kini semakin licin akibat gerimis yang turun sore itu. Saya harus ekstra hati-hati agar tidak tergelincir.

Di tengah perjalanan ke Desa Wisata Neglasari, saya kembali bertemu dengan rombongan wisatawan yang masih berjuang melewati jalur alternatif ini. Beberapa dari mereka terlihat kesulitan, tetapi tetap bersemangat untuk mencapai desa.

Saya pun merasa terinspirasi oleh semangat mereka, mengingatkan saya bahwa setiap perjalanan pasti ada tantangan yang harus dihadapi dengan tekad dan kesabaran.
Meskipun perjalanan ini penuh rintangan, saya merasa sangat puas karena mendapatkan banyak pengalaman berharga.

Namun, perjalanan saya belum selesai. Saya masih harus mengantar teman saya ke rumahnya sebelum akhirnya pulang ke rumah sendiri yang jaraknya cukup jauh.

Rasa lelah semakin terasa, terutama setelah seharian penuh beraktivitas dan berkendara di medan yang sulit. Namun, kepuasan dari hasil fotografi yang saya dapatkan serta pengalaman berharga yang saya alami membuat semua rasa capek itu seolah terbayarkan.

Saya merasa bahwa perjalanan ini bukan hanya tentang menyelesaikan tugas, tetapi juga tentang menemukan makna dan nilai-nilai kehidupan yang seringkali terabaikan dalam rutinitas sehari-hari.

Sesampainya di rumah, saya segera melihat kembali hasil foto yang telah saya ambil sepanjang perjalanan ke Desa Wisata Neglasari. Saya merasa puas dengan komposisi, pencahayaan, dan momen momen yang berhasil saya abadikan.

Perjalanan ke Desa Wisata Neglasari, mengajarkan saya tentang ketekunan, kesabaran, dan bagaimana menghadapi tantangan di lapangan dengan tenang dan penuh semangat.

Saya pun semakin yakin untuk terus mengeksplorasi dunia fotografi, menjelajahi lebih banyak tempat, dan mengabadikan keindahan alam serta kehidupan masyarakat dengan lebih dalam.

Setiap tantangan yang saya hadapi selama perjalanan ini menjadi pelajaran berharga yang memperkaya pengalaman dan wawasan saya, membuat saya semakin bersemangat untuk terus berkarya melalui lensa kamera.***

Verdito Rizky Daffa Putra
Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB

 

Yantie Rachim Ajak ABK Naik ‘Unchal’ Keliling Bogor

0

Bogordaily.net – Istri Wali Kota Bogor, , menekankan bahwa Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor terus berkomitmen menjadikan Bogor sebagai kota yang ramah terhadap (ABK).

Hal itu diungkapkan saat dirinya menghadiri puncak peringatan Bulan Peduli Autisme, yang diselenggarakan Komunitas Peduli Anak Kebutuhan Khusus (Kompakk) di Balai Kota Bogor, Jalan Ir. H. Juanda, Kota Bogor, Sabtu (19/4/2025).

Pada kesempatan tersebut, sekaligus melepas keberangkatan empat bus Uncal yang membawa anak- berkeliling Kota Bogor.

“Kegiatan ini bukan sekadar simbolis, tapi menjadi wujud nyata bahwa anak- harus diberi ruang, waktu, dan kesempatan yang sama untuk menikmati kehidupan di kota ini. Pemerintah Kota Bogor terus berkomitmen menjadikan Bogor sebagai kota yang ramah terhadap ABK,” ujar .

Ketua Kompakk Kota Bogor, Naziah, mengatakan kegiatan ini merupakan puncak acara dari peringatan Hari Peduli Autisme Sedunia yang jatuh setiap 2 April.

Selama sebulan penuh, Kompakk menggelar berbagai kegiatan, termasuk aksi membirukan Kota Bogor melalui pencahayaan lampu biru di berbagai ikon Kota Bogor, seperti Alun-Alun, Balai Kota, Tugu Kujang, dan Taman Sempur sebagai simbol kepedulian terhadap autisme.

“Di puncak acara Hari Peduli Autisme, kami mengajak sekitar 40 anak ABK dan 40 pendamping untuk berkeliling Kota Bogor menggunakan empat bus Uncal,” tuturnya.

Pada kesempatan itu, ia turut mengucapkan terima kasih atas dukungan dari Pemerintah Kota Bogor yang terus diberikan kepada Kompakk dan anak- sejak tahun 2016.

Menurutnya, Kota Bogor sudah dalam proses mewujudkan kota ramah ABK. Meski masih ada beberapa fasilitas umum yang perlu penyesuaian, pihaknya percaya semua butuh proses.

“Alhamdulillah, terkait administrasi pembuatan KTP bagi anak-anak ABK sudah sangat dimudahkan. Harapan kami, Pemkot Bogor bisa membuka peluang lebih luas, termasuk dalam dunia kerja. Anak-anak ABK juga memiliki potensi, hanya saja mereka butuh pendekatan dan kebiasaan tertentu dalam prosesnya,” jelasnya.

Naziah menambahkan, pada 31 Mei mendatang pihaknya akan mengadakan konsultasi gratis di Mal Botani Square serta pentas seni anak-anak ABK.***

Api dari Nasi Goreng Picu Kebakaran di Cipaku Bogor, 4 Bangunan Ludes

0

Bogordaily.net di Kota Bogor terjadi lagi.

Kejadian itu malam Minggu 20 April 2024. Malam itu bukan malam Minggu yang biasa.

Di , Bogor Selatan, malam itu lebih panas dari biasanya. Bukan karena asmara. Tapi karena api.

Bermula dari sebuah warung nasi goreng. Bukan dari kisah cinta antara pembeli dan pedagangnya, tapi dari api yang katanya berasal dari sana.

Api itu tak mengenal batas. Ia tidak bertanya dulu: “Ini rumah siapa?” atau “Ini bengkel atau warung sembako?”

Ia langsung merambat. Dari warung nasi goreng, menjalar ke warung sembako, menyeret rumah tinggal, lalu bengkel pun ikut terbakar.

Total empat bangunan ludes. Bukan satu, bukan dua. Empat.

“Ada empat unit bangunan yang terbakar,” ujar Kabid Pemadaman dan Penyelamatan Dinas Damkar Kota Bogor, M Ade Nugraha, kepada wartawan.

Waktu kejadian: pukul 23.30 WIB. Warga sudah bersiap tidur, mungkin ada yang sedang nonton sinetron, ada yang mengaduk teh panas.

Tapi api tidak peduli. Ia datang tiba-tiba, membakar semuanya.

Satu saksi bilang, api pertama kali muncul dari gerobak nasi goreng. Lalu, seperti cerita lama yang berulang, ia berpindah tempat. Merambat. Membakar. Menghanguskan.

Petugas damkar datang dengan cepat. Tujuh dari Kota Bogor. Dua dari Kabupaten. Total sembilan unit.

Mereka berjibaku di malam yang mestinya tenang itu. Selama setengah jam, mereka bertarung.

Hasilnya? Api berhasil dijinakkan. Tapi empat bangunan sudah jadi arang.

Syukurlah, tidak ada korban jiwa. Tidak pula luka. Tapi kerugian ditaksir mencapai Rp 200 juta.

Malam itu tidak seperti biasanya. Bukan suara kodok atau jangkrik yang terdengar. Tapi sirine. Jerit api. Dan asap yang masih menggantung di udara.

Penyebab pasti di Kota Bogor itu masih diselidiki. Tapi satu hal pasti: malam itu nasi goreng bukan cuma mengenyangkan. Ia juga memicu .***

Pemandian Air Panas Gunung Salak Ramai Dikunjungi, Berkhasiat untuk Terapi Kesehatan

0

Bogordaily.net – Pemandian air panas di kaki gunung salak ini ramai sekali, apalagi weekend.

Banyak yang ke sana hanya untuk merasa segar. Lelah dari Jakarta, dari rutinitas, dari tekanan hidup.

Dan entah bagaimana, mereka percaya bahwa air panas dari perut Gunung Salak bisa jadi jawabannya. Bisa menyembuhkan.

Tamansari, namanya. Sebuah kecamatan kecil di Kabupaten Bogor. Tidak jauh dari jalan utama.

Di sanalah, pemandian air panas ini berdiri. Sederhana, tapi terawat. Tradisional, tapi sekarang mulai dikelola profesional.

Ada tiga kolam: panas, lebih panas, dan yang aman untuk anak-anak.

“Sebelumnya kami kelola ala kadarnya,” kata Nasar Sarkis, pengelola J Bound Geo Edu Park. “Tapi sekarang sudah dikuras rutin seminggu sekali. Supaya tetap bersih dan aman.”

Mereka bukan sekadar menjual air panas. Mereka sedang membangun tempat pulang bagi tubuh yang letih. Bahkan bagi jiwa yang ingin sembuh.

Gunawan, 24 tahun, dari Ciomas, contohnya. Ia datang bukan karena penasaran. Tapi karena gatal-gatal yang tak kunjung sembuh.

“Awalnya cuma iseng, tapi ternyata hangatnya bikin badan enteng,” katanya. “Nggak nyangka ada tempat beginian di Bogor.”

Lain lagi dengan Iin, 35 tahun, dari Jakarta. Ia membawa keluarga. Salah satunya sedang dalam pemulihan stroke ringan. “Katanya air panas ini bisa bantu. Sekalian liburan juga,” ujarnya.

Mereka datang bukan hanya untuk mandi. Tapi untuk percaya. Percaya pada alam. Percaya pada terapi yang tidak diresepkan dokter.

Dan tempat ini memang terus berubah. Tidak hanya untuk pengunjung, tapi juga untuk warga sekitar.

UMKM diberi tempat. Pelatihan diberikan. Kolam tambahan direncanakan, mengantisipasi lonjakan pengunjung saat akhir pekan dan musim libur.

Harga pemandian air panas di kaki Gunung Salak ini pun bersahabat: Rp15.000 di hari biasa. Rp20.000 saat akhir pekan. Dan Rp25.000 saat musim libur. Murah untuk sebuah pengalaman yang mungkin menyembuhkan.***

Albin Pandita

Melalui Aplikasi Tupai, Perumda Pasar Tohaga Permudah Transaksi Digital

0

Bogordaily.net memberikan kemudaahan transaksi melalui digital bagi para pedagang maupun pembeli, salah satunya melalui aplikasi Tupai.

Direktur Utama Haris Setiawan menjelaskan bahwa, aplikasi Tupai ini dirancang khusus untuk memberikan kemudahan kepada pedagang maupun pembeli, serta ASN dalam bertransaksi di pasar Tradisional.

Dimana, dalam aplikasi ini terdapat beberapa fitur seperti penggunaan transfer uang, tarik tunai, serta top up yang bisa dilakukan melalui E Wallet, dan juga M Banking.

Kemudian, Aplikasi Tupai ini bisa digunakan juga dengan pembayaran pulsa, pasca bayar, BPJS, PDAM, PLN, top up E Toll, Telkom, dan Top Up E-Wallet.

“Melalui aplikasi ini kita berupaya untuk terus melakukan program digitalisasi sesuai dengan visi ,” ujar Haris Setiawan, Minggu 20 April 2025.

Sementara itu,  terus berupaya meningkatkan pelayanan untuk para pedagang dan pembeli, agar nyaman berbelanja di pasar dengan bersosialisasi dengan para pedagang perihal penerapan digitalisasi pasar, dengan metoda pembayaran melalui Qris.

Adapun, digitalisasi pasar merupakan salah satu program utama yang sedang dicanangkan  hingga saat ini.

Ia mengatakan, untuk menciptakan ekosistem digital di lingkungan pasar tentunya perlu kolaborasi yang sinergis dengan semua stakeholder, termasuk dengan pihak perbankan dan pedagang yang merupakan mitra utama.

“Kita mulai dengan QRIS dan E-KTB semoga dukungan dari semua pihak guna terciptanya ekosistem digital di pasar,” ungkapnya.***

Albin Pandita

Di lahan 2 Hektar, Pemkot Rencanakan Bangun TPU Baru di Sindangrasa

0

Bogordaily.net – Keterbatasan lahan Tempat Pemakaman Umum () di Kota Bogor bagi masyarakat di wilayah Kelurahan , Kecamatan Bogor Timur, menemukan titik terang.

Wakil Wali Kota Bogor, Jenal Mutaqin, mengatakan ada lahan seluas hampir 2 hektare di RW 11 Kelurahan yang bisa dimanfaatkan sebagai baru di wilayah tersebut.

“Dulu, saat saya masih menjadi dewan, banyak usulan masyarakat tentang pembebasan lahan untuk pemakaman di wilayah ini. Ada () di Katulampa, namun jumlahnya juga sudah crowded,” kata Jenal Mutaqin saat survei ke lokasi lahan usai kerja bakti dalam program padat karya bersama warga , Sabtu (19/4/2025) pagi.

Usulan tersebut, sambung Jenal Mutaqin, sudah dilontarkan sejak 2014 lalu. Namun, penetapan lokasi (penlok) akhirnya disepakati dan disaksikan para ketua RW, Camat Bogor Timur, dan Lurah saat itu juga.

“Insyaallah, ikhtiar ini bisa terealisasi. Kurang lebih 2.000 meter lahan akan kita bebaskan. Tentu dengan proses perencanaan dan regulasi perubahan penlok serta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang akan kita sesuaikan,” ucap Jenal Mutaqin.***

Japas Spesial, Walikota Bogor Jadi Guide Menyusuri Jejak Sejarah Kota Hujan

0

Bogordaily.net () ini sangat spesial, guidenya Walikota Bogor .

Kota Bogor pagi itu seperti biasa, dingin, basah, dan penuh kenangan.

Tapi Sabtu kemarin 19 April 2024, suasananya berbeda. Ada yang menyusuri sejarah sambil menghirup udara pagi. namanya — .

Yang menarik: pemimpinnya langsung ikut jalan. Wali Kota Bogor, . Lengkap dengan sang istri, .

Rutenya tidak main-main. Mereka menyusuri bangunan-bangunan tua di kota ini: Balai Kota, bekas Kantor Bakorwil, Kapel Regina Pacis, Jembatan Sempur, menara telepon tua peninggalan Belanda, kios eks Saripetojo, sampai Rumah Dinas Wali Kota.

Lalu, seperti tak cukup dengan itu, Pak Wali menambahkan satu lagi: Hotel Salak. Tentu saja bersejarah juga.

Di setiap tempat, Wali Kota Dedie tak hanya diam-diam jalan. Ia menjelaskan. Dengan bahasa yang ringan. Kadang diselingi guyon.

Ia tidak mengaku ahli sejarah. Tapi yang ia tahu, ia ceritakan. Seperti saat di Balai Kota. Ia memperlihatkan ruang kerjanya.

Ia menunjukkan ruang-ruang dengan nama-nama khas Sunda kuno: Paseban Sri Baduga, Paseban Suradipati, dan seterusnya.

“Itu nama-nama dari zaman Pakuan Pajajaran. Kami pakai kembali untuk menghormati sejarah,” katanya.

Di Hotel Salak pun begitu. Ia tahu asal-usulnya. Termasuk bahwa dulu tempat itu adalah lokasi istirahat para gubernur jenderal Belanda. Seperti semacam istana musim panas.

Ia bercerita juga pernah ke Museum Leiden di Belanda untuk mencari jejak-jejak sejarah Bogor — atau yang dulu disebut Buitenzorg.

Lalu rombongan diajak masuk ke Kampung Tematik Sempur. Berhenti sejenak di dekat jembatan kecil.

Di situ, Pak Wali bercerita tentang buah sempur — yang jadi nama kampung itu. Katanya pohonnya masih ada. Langka memang. Tapi eksotis.

Menurut dia, sejarah adalah jiwa dari sebuah kota. Kota tanpa sejarah, katanya, seperti raga tanpa ruh.

“Kota ini dulunya memang dibangun untuk menopang aktivitas pemerintahan kolonial. Makanya banyak bangunan tua yang dulunya punya fungsi penting.”

Yang paling kaget mungkin Jhonny Pinot. Ia inisiator , dewan redaksi bogordaily.net sekaligus konten kreator, dan “penjelajah” bangunan tua sejak 2002.

Awalnya ia kira Wali Kota hanya akan ikut sampai Kapel Regina Pacis. Tapi ternyata, rutenya justru dipanjangkan. Sampai ke Rumah Dinas.

“Beliau ternyata paham sejarah. Di luar ekspektasi,” ujar Jhonny, yang mengaku ide lahir dari followers-nya sendiri.

Konsep memang unik. Jalan pagi, dapat pengetahuan sejarah, lalu ditutup dengan wisata kuliner.

Hari itu, rutenya berakhir di Apple Pie dan Macaroni Panggang. Klasik Bogor banget.

Ada yang bilang, cara terbaik mencintai kota adalah dengan berjalan kaki melintasi jejak sejarahnya. Wali Kota Bogor sudah memberi contoh.***

Seskemenkop: 390 Unit Koperasi Di Malang Siap Dilegalkan Jadi Koperasi Desa Merah Putih

0

Bogordaily.net (Kemenkop) kebut pembentukan (Kopdes) Merah Putih dengan target 80.000 unit secara nasional dapat dikukuhkan pada 12 Juli 2025 yang berbarengan dengan Peringatan Hari Koperasi. Di setiap Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia terus dilakukan upaya percepatan agar pembentukan Kopdes Merah Putih dapat segera diwujudkan di desa-desa.

Sekretaris Kementerian Koperasi (Seskemenkop) Ahmad Zabadi menjelaskan bahwa salah satu Provinsi yang potensial melahirkan banyak Kopdes Merah Putih adalah Jawa Timur tepatnya di Kabupaten/ Kota Malang. Menurutnya di Kabupaten/ Kota Malang diperkirakan akan lahir 390 unit Kopdes Merah Putih yang siap dilegalisasi sebagai badan hukum usaha koperasi. 

Hal ini diketahui usai Ahmad Zabadi melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Malang dalam rangka menghadiri pelaksanaan Musyawarah Desa (Musdes) Pembentukan Kopdes Merah Putih di Desa Ngawonggo, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang, Sabtu (19/4).

“Kabupaten Malang saya kira sudah menargetkan sebelum 30 Juni 2025, Merah Putih sudah terbentuk di 390 desa. Per hari ini (Sabtu, 19/04) sebanyak 60 Merah Putih siap didirikan,” ujar Seskemenkop Ahmad Zabadi.

Seskemenkop Ahmad Zabadi optimis bahwa program pembentukan Kopdes Merah Putih ini akan tercapai sesuai target apabila di setiap Kabupaten melakukan berbagai terobosan untuk melakukan percepatan. Dengan mengoptimalkan potensi dan sumber daya yang dimiliki di setiap wilayah, maka keberadaan Kopdes Merah Putih ini akan memberikan dampak positif bagi perekonomian daerah khususnya desa.

“Pendirian Merah Putih ini bisa menghadirkan kegiatan usaha yang lebih produktif, jangan sampai desa menjadi salah satu sumber kemiskinan di Indonesia, bahkan kemiskinan ekstrim,”ujarnya. 

Seskemenkop mengapresiasi pelaksanaan Musdes yang dilakukan oleh oleh beberapa desa di Kabupaten Malang karena menjadi salah satu bagian dari mekanisme utama dalam pembentukan Kopdes Merah Putih. Sebagaimana diketahui bahwa persyaratan pendirian Kopdes Merah Putih harus diawali dengan musyawarah di tingkat desa sebagaimana pedoman baku yang tertuang di dalam modul yang disusun oleh Kemenkop.

“Kami memikirkan itu semua dengan memberikan pendampingan, modul, sampai melakukan pengawasan yang sistematik,” ucapnya.

Sementara itu Wakil Bupati Malang, Hj. Lathifah Shohib menegaskan bahwa Pemerintah Kabupaten Malang berkomitmen penuh untuk menyukseskan program pembentukan 80.000 Kopdes Merah Putih. Di Malang sendiri saat ini sudah banyak koperasi yang juga siap menjadi bagian dari ekosistem Kopdes Merah Putih karena masih memiliki beberapa Koperasi Unit Desa (KUD) yang masih hidup sejak zaman Orde Baru. 

Lathifah Shohib membenarkan bahwa misi pembentukan Kopdes Merah Putih adalah semata-mata untuk mengangkat perekonomian nasional atau daerah yang dimulai dari desa. Sebab selama ini desa kerap ditinggalkan dalam pembangunan namun justru menjadi sumber kekuatan utama bagi ketahanan ekonomi suatu negara. 

“Pembentukan Merah Putih merupakan langkah strategis, karena jati dirinya dari kita, oleh kita, untuk kita,” katanya.

Dalam rangka mendukung upaya percepatan pembentukan Kopdes Merah Putih di Kabupaten Malang, Pemerintah Daerah telah membentuk Tim Percepatan yang dipimpin oleh Plh Sekda Kabupaten Malang. Sosialisasi kepada camat dan kepala desa di Kabupaten Malang juga telah dilaksanakan untuk mendorong percepatan Kopdes Merah Putih.***

Fakta di Balik Video Viral Vania SMP 1 Ngawi yang Gegerkan Medsos

0

Bogordaily.net – Vania SMP 1 mendadak jadi bahan obrolan di warung kopi, grup WhatsApp, dan tentu saja—TikTok.

Vania disebut-sebut siswi sebuah SMP di Ngawi. Bukan karena prestasi. Tapi karena video berdurasi pendek yang menyebar terlalu cepat dan terlalu jauh.

Video itu muncul di akun TikTok bernama @toko.stowbery. Kalimat pengantarnya singkat, tapi cukup untuk menyulut api:

“Manisnya Vania, dasar bocil SMP.”

Tiba-tiba tagar #vania, #siswismp, #ngawi7menit berseliweran. Warganet menyebar lebih cepat daripada yang punya video sempat berpikir ulang.

Dan seperti biasa, yang dicari bukan kebenaran—tapi versi full-nya. Komentar bermunculan: “Baru nonton full-nya di akun va*zom,” tulis seseorang yang tampaknya terlalu bangga. Lainnya ikut-ikutan: “ dong,” “Yang lengkap ada di akun kean.”

Seolah tak ada rasa bersalah.

Padahal, belum ada yang tahu pasti siapa gadis di video itu. Benarkah dia Vania?

Benarkah dari SMP 1 Ngawi? Atau sekadar nama acak yang dilempar ke keramaian digital?

Rumor pun berkembang liar. Ada yang bilang durasi video 7 menit. Ada pula yang menyebut 20 menit, dengan lebih banyak pemain dari yang bisa dihitung jari.

Yang pasti: tak ada klarifikasi dari sekolah. Tak ada pernyataan dari keluarga. Polisi pun belum bicara. Tapi netizen sudah menjatuhkan vonis.

Inilah dunia yang kita bangun: saat satu video bisa mengubur masa depan seseorang, bahkan sebelum dia sempat dikenal sebagai manusia.

Vania -siapapun dia- mungkin hanyalah korban. Atau bahkan bukan tokoh utama dalam cerita ini.

Yang lebih menyedihkan: orang-orang justru berlomba menyebarkannya. Sebagian demi likes. Sebagian demi sensasi. Sisanya? Mungkin hanya karena bosan.

Kalau pun benar video itu nyata, tidakkah lebih baik dihapus? Disudahi? Bukan malah dicari?

Biar bagaimana pun, ini bukan prestasi. Bukan hiburan. Ini luka. Yang mungkin tak akan sembuh hanya karena kita mengklik tombol “hapus.”

Dan kalau ini semua hanya hoaks? Maka lebih kejam lagi. Karena ada nama dan wajah yang telanjur dijadikan sasaran.

bukan selalu berarti penting. Apalagi yang satu ini.

Vania SMP 1 . Sebuah nama dan fenomena yang seharusnya tidak perlu kita kenal dengan cara seperti ini.***