Sunday, 25 May 2025
Home Blog Page 86

Api dari Nasi Goreng Picu Kebakaran di Cipaku Bogor, 4 Bangunan Ludes

0

Bogordaily.net di Kota Bogor terjadi lagi.

Kejadian itu malam Minggu 20 April 2024. Malam itu bukan malam Minggu yang biasa.

Di , Bogor Selatan, malam itu lebih panas dari biasanya. Bukan karena asmara. Tapi karena api.

Bermula dari sebuah warung nasi goreng. Bukan dari kisah cinta antara pembeli dan pedagangnya, tapi dari api yang katanya berasal dari sana.

Api itu tak mengenal batas. Ia tidak bertanya dulu: “Ini rumah siapa?” atau “Ini bengkel atau warung sembako?”

Ia langsung merambat. Dari warung nasi goreng, menjalar ke warung sembako, menyeret rumah tinggal, lalu bengkel pun ikut terbakar.

Total empat bangunan ludes. Bukan satu, bukan dua. Empat.

“Ada empat unit bangunan yang terbakar,” ujar Kabid Pemadaman dan Penyelamatan Dinas Damkar Kota Bogor, M Ade Nugraha, kepada wartawan.

Waktu kejadian: pukul 23.30 WIB. Warga sudah bersiap tidur, mungkin ada yang sedang nonton sinetron, ada yang mengaduk teh panas.

Tapi api tidak peduli. Ia datang tiba-tiba, membakar semuanya.

Satu saksi bilang, api pertama kali muncul dari gerobak nasi goreng. Lalu, seperti cerita lama yang berulang, ia berpindah tempat. Merambat. Membakar. Menghanguskan.

Petugas damkar datang dengan cepat. Tujuh dari Kota Bogor. Dua dari Kabupaten. Total sembilan unit.

Mereka berjibaku di malam yang mestinya tenang itu. Selama setengah jam, mereka bertarung.

Hasilnya? Api berhasil dijinakkan. Tapi empat bangunan sudah jadi arang.

Syukurlah, tidak ada korban jiwa. Tidak pula luka. Tapi kerugian ditaksir mencapai Rp 200 juta.

Malam itu tidak seperti biasanya. Bukan suara kodok atau jangkrik yang terdengar. Tapi sirine. Jerit api. Dan asap yang masih menggantung di udara.

Penyebab pasti di Kota Bogor itu masih diselidiki. Tapi satu hal pasti: malam itu nasi goreng bukan cuma mengenyangkan. Ia juga memicu .***

Pemandian Air Panas Gunung Salak Ramai Dikunjungi, Berkhasiat untuk Terapi Kesehatan

0

Bogordaily.net – Pemandian air panas di kaki gunung salak ini ramai sekali, apalagi weekend.

Banyak yang ke sana hanya untuk merasa segar. Lelah dari Jakarta, dari rutinitas, dari tekanan hidup.

Dan entah bagaimana, mereka percaya bahwa air panas dari perut Gunung Salak bisa jadi jawabannya. Bisa menyembuhkan.

Tamansari, namanya. Sebuah kecamatan kecil di Kabupaten Bogor. Tidak jauh dari jalan utama.

Di sanalah, pemandian air panas ini berdiri. Sederhana, tapi terawat. Tradisional, tapi sekarang mulai dikelola profesional.

Ada tiga kolam: panas, lebih panas, dan yang aman untuk anak-anak.

“Sebelumnya kami kelola ala kadarnya,” kata Nasar Sarkis, pengelola J Bound Geo Edu Park. “Tapi sekarang sudah dikuras rutin seminggu sekali. Supaya tetap bersih dan aman.”

Mereka bukan sekadar menjual air panas. Mereka sedang membangun tempat pulang bagi tubuh yang letih. Bahkan bagi jiwa yang ingin sembuh.

Gunawan, 24 tahun, dari Ciomas, contohnya. Ia datang bukan karena penasaran. Tapi karena gatal-gatal yang tak kunjung sembuh.

“Awalnya cuma iseng, tapi ternyata hangatnya bikin badan enteng,” katanya. “Nggak nyangka ada tempat beginian di Bogor.”

Lain lagi dengan Iin, 35 tahun, dari Jakarta. Ia membawa keluarga. Salah satunya sedang dalam pemulihan stroke ringan. “Katanya air panas ini bisa bantu. Sekalian liburan juga,” ujarnya.

Mereka datang bukan hanya untuk mandi. Tapi untuk percaya. Percaya pada alam. Percaya pada terapi yang tidak diresepkan dokter.

Dan tempat ini memang terus berubah. Tidak hanya untuk pengunjung, tapi juga untuk warga sekitar.

UMKM diberi tempat. Pelatihan diberikan. Kolam tambahan direncanakan, mengantisipasi lonjakan pengunjung saat akhir pekan dan musim libur.

Harga pemandian air panas di kaki Gunung Salak ini pun bersahabat: Rp15.000 di hari biasa. Rp20.000 saat akhir pekan. Dan Rp25.000 saat musim libur. Murah untuk sebuah pengalaman yang mungkin menyembuhkan.***

Albin Pandita

Melalui Aplikasi Tupai, Perumda Pasar Tohaga Permudah Transaksi Digital

0

Bogordaily.net memberikan kemudaahan transaksi melalui digital bagi para pedagang maupun pembeli, salah satunya melalui aplikasi Tupai.

Direktur Utama Haris Setiawan menjelaskan bahwa, aplikasi Tupai ini dirancang khusus untuk memberikan kemudahan kepada pedagang maupun pembeli, serta ASN dalam bertransaksi di pasar Tradisional.

Dimana, dalam aplikasi ini terdapat beberapa fitur seperti penggunaan transfer uang, tarik tunai, serta top up yang bisa dilakukan melalui E Wallet, dan juga M Banking.

Kemudian, Aplikasi Tupai ini bisa digunakan juga dengan pembayaran pulsa, pasca bayar, BPJS, PDAM, PLN, top up E Toll, Telkom, dan Top Up E-Wallet.

“Melalui aplikasi ini kita berupaya untuk terus melakukan program digitalisasi sesuai dengan visi ,” ujar Haris Setiawan, Minggu 20 April 2025.

Sementara itu,  terus berupaya meningkatkan pelayanan untuk para pedagang dan pembeli, agar nyaman berbelanja di pasar dengan bersosialisasi dengan para pedagang perihal penerapan digitalisasi pasar, dengan metoda pembayaran melalui Qris.

Adapun, digitalisasi pasar merupakan salah satu program utama yang sedang dicanangkan  hingga saat ini.

Ia mengatakan, untuk menciptakan ekosistem digital di lingkungan pasar tentunya perlu kolaborasi yang sinergis dengan semua stakeholder, termasuk dengan pihak perbankan dan pedagang yang merupakan mitra utama.

“Kita mulai dengan QRIS dan E-KTB semoga dukungan dari semua pihak guna terciptanya ekosistem digital di pasar,” ungkapnya.***

Albin Pandita

Di lahan 2 Hektar, Pemkot Rencanakan Bangun TPU Baru di Sindangrasa

0

Bogordaily.net – Keterbatasan lahan Tempat Pemakaman Umum () di Kota Bogor bagi masyarakat di wilayah Kelurahan , Kecamatan Bogor Timur, menemukan titik terang.

Wakil Wali Kota Bogor, Jenal Mutaqin, mengatakan ada lahan seluas hampir 2 hektare di RW 11 Kelurahan yang bisa dimanfaatkan sebagai baru di wilayah tersebut.

“Dulu, saat saya masih menjadi dewan, banyak usulan masyarakat tentang pembebasan lahan untuk pemakaman di wilayah ini. Ada () di Katulampa, namun jumlahnya juga sudah crowded,” kata Jenal Mutaqin saat survei ke lokasi lahan usai kerja bakti dalam program padat karya bersama warga , Sabtu (19/4/2025) pagi.

Usulan tersebut, sambung Jenal Mutaqin, sudah dilontarkan sejak 2014 lalu. Namun, penetapan lokasi (penlok) akhirnya disepakati dan disaksikan para ketua RW, Camat Bogor Timur, dan Lurah saat itu juga.

“Insyaallah, ikhtiar ini bisa terealisasi. Kurang lebih 2.000 meter lahan akan kita bebaskan. Tentu dengan proses perencanaan dan regulasi perubahan penlok serta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang akan kita sesuaikan,” ucap Jenal Mutaqin.***

Japas Spesial, Walikota Bogor Jadi Guide Menyusuri Jejak Sejarah Kota Hujan

0

Bogordaily.net () ini sangat spesial, guidenya Walikota Bogor .

Kota Bogor pagi itu seperti biasa, dingin, basah, dan penuh kenangan.

Tapi Sabtu kemarin 19 April 2024, suasananya berbeda. Ada yang menyusuri sejarah sambil menghirup udara pagi. namanya — .

Yang menarik: pemimpinnya langsung ikut jalan. Wali Kota Bogor, . Lengkap dengan sang istri, Yantie Rachim.

Rutenya tidak main-main. Mereka menyusuri bangunan-bangunan tua di kota ini: Balai Kota, bekas Kantor Bakorwil, Kapel Regina Pacis, Jembatan Sempur, menara telepon tua peninggalan Belanda, kios eks Saripetojo, sampai Rumah Dinas Wali Kota.

Lalu, seperti tak cukup dengan itu, Pak Wali menambahkan satu lagi: Hotel Salak. Tentu saja bersejarah juga.

Di setiap tempat, Wali Kota Dedie tak hanya diam-diam jalan. Ia menjelaskan. Dengan bahasa yang ringan. Kadang diselingi guyon.

Ia tidak mengaku ahli sejarah. Tapi yang ia tahu, ia ceritakan. Seperti saat di Balai Kota. Ia memperlihatkan ruang kerjanya.

Ia menunjukkan ruang-ruang dengan nama-nama khas Sunda kuno: Paseban Sri Baduga, Paseban Suradipati, dan seterusnya.

“Itu nama-nama dari zaman Pakuan Pajajaran. Kami pakai kembali untuk menghormati sejarah,” katanya.

Di Hotel Salak pun begitu. Ia tahu asal-usulnya. Termasuk bahwa dulu tempat itu adalah lokasi istirahat para gubernur jenderal Belanda. Seperti semacam istana musim panas.

Ia bercerita juga pernah ke Museum Leiden di Belanda untuk mencari jejak-jejak sejarah Bogor — atau yang dulu disebut Buitenzorg.

Lalu rombongan diajak masuk ke Kampung Tematik Sempur. Berhenti sejenak di dekat jembatan kecil.

Di situ, Pak Wali bercerita tentang buah sempur — yang jadi nama kampung itu. Katanya pohonnya masih ada. Langka memang. Tapi eksotis.

Menurut dia, sejarah adalah jiwa dari sebuah kota. Kota tanpa sejarah, katanya, seperti raga tanpa ruh.

“Kota ini dulunya memang dibangun untuk menopang aktivitas pemerintahan kolonial. Makanya banyak bangunan tua yang dulunya punya fungsi penting.”

Yang paling kaget mungkin Jhonny Pinot. Ia inisiator , dewan redaksi bogordaily.net sekaligus konten kreator, dan “penjelajah” bangunan tua sejak 2002.

Awalnya ia kira Wali Kota hanya akan ikut sampai Kapel Regina Pacis. Tapi ternyata, rutenya justru dipanjangkan. Sampai ke Rumah Dinas.

“Beliau ternyata paham sejarah. Di luar ekspektasi,” ujar Jhonny, yang mengaku ide lahir dari followers-nya sendiri.

Konsep memang unik. Jalan pagi, dapat pengetahuan sejarah, lalu ditutup dengan wisata kuliner.

Hari itu, rutenya berakhir di Apple Pie dan Macaroni Panggang. Klasik Bogor banget.

Ada yang bilang, cara terbaik mencintai kota adalah dengan berjalan kaki melintasi jejak sejarahnya. Wali Kota Bogor sudah memberi contoh.***

Seskemenkop: 390 Unit Koperasi Di Malang Siap Dilegalkan Jadi Koperasi Desa Merah Putih

0

Bogordaily.net (Kemenkop) kebut pembentukan (Kopdes) Merah Putih dengan target 80.000 unit secara nasional dapat dikukuhkan pada 12 Juli 2025 yang berbarengan dengan Peringatan Hari Koperasi. Di setiap Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia terus dilakukan upaya percepatan agar pembentukan Kopdes Merah Putih dapat segera diwujudkan di desa-desa.

Sekretaris Kementerian Koperasi (Seskemenkop) Ahmad Zabadi menjelaskan bahwa salah satu Provinsi yang potensial melahirkan banyak Kopdes Merah Putih adalah Jawa Timur tepatnya di Kabupaten/ Kota Malang. Menurutnya di Kabupaten/ Kota Malang diperkirakan akan lahir 390 unit Kopdes Merah Putih yang siap dilegalisasi sebagai badan hukum usaha koperasi. 

Hal ini diketahui usai Ahmad Zabadi melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Malang dalam rangka menghadiri pelaksanaan Musyawarah Desa (Musdes) Pembentukan Kopdes Merah Putih di Desa Ngawonggo, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang, Sabtu (19/4).

“Kabupaten Malang saya kira sudah menargetkan sebelum 30 Juni 2025, Merah Putih sudah terbentuk di 390 desa. Per hari ini (Sabtu, 19/04) sebanyak 60 Merah Putih siap didirikan,” ujar Seskemenkop Ahmad Zabadi.

Seskemenkop Ahmad Zabadi optimis bahwa program pembentukan Kopdes Merah Putih ini akan tercapai sesuai target apabila di setiap Kabupaten melakukan berbagai terobosan untuk melakukan percepatan. Dengan mengoptimalkan potensi dan sumber daya yang dimiliki di setiap wilayah, maka keberadaan Kopdes Merah Putih ini akan memberikan dampak positif bagi perekonomian daerah khususnya desa.

“Pendirian Merah Putih ini bisa menghadirkan kegiatan usaha yang lebih produktif, jangan sampai desa menjadi salah satu sumber kemiskinan di Indonesia, bahkan kemiskinan ekstrim,”ujarnya. 

Seskemenkop mengapresiasi pelaksanaan Musdes yang dilakukan oleh oleh beberapa desa di Kabupaten Malang karena menjadi salah satu bagian dari mekanisme utama dalam pembentukan Kopdes Merah Putih. Sebagaimana diketahui bahwa persyaratan pendirian Kopdes Merah Putih harus diawali dengan musyawarah di tingkat desa sebagaimana pedoman baku yang tertuang di dalam modul yang disusun oleh Kemenkop.

“Kami memikirkan itu semua dengan memberikan pendampingan, modul, sampai melakukan pengawasan yang sistematik,” ucapnya.

Sementara itu Wakil Bupati Malang, Hj. Lathifah Shohib menegaskan bahwa Pemerintah Kabupaten Malang berkomitmen penuh untuk menyukseskan program pembentukan 80.000 Kopdes Merah Putih. Di Malang sendiri saat ini sudah banyak koperasi yang juga siap menjadi bagian dari ekosistem Kopdes Merah Putih karena masih memiliki beberapa Koperasi Unit Desa (KUD) yang masih hidup sejak zaman Orde Baru. 

Lathifah Shohib membenarkan bahwa misi pembentukan Kopdes Merah Putih adalah semata-mata untuk mengangkat perekonomian nasional atau daerah yang dimulai dari desa. Sebab selama ini desa kerap ditinggalkan dalam pembangunan namun justru menjadi sumber kekuatan utama bagi ketahanan ekonomi suatu negara. 

“Pembentukan Merah Putih merupakan langkah strategis, karena jati dirinya dari kita, oleh kita, untuk kita,” katanya.

Dalam rangka mendukung upaya percepatan pembentukan Kopdes Merah Putih di Kabupaten Malang, Pemerintah Daerah telah membentuk Tim Percepatan yang dipimpin oleh Plh Sekda Kabupaten Malang. Sosialisasi kepada camat dan kepala desa di Kabupaten Malang juga telah dilaksanakan untuk mendorong percepatan Kopdes Merah Putih.***

Fakta di Balik Video Viral Vania SMP 1 Ngawi yang Gegerkan Medsos

0

Bogordaily.net – Vania SMP 1 mendadak jadi bahan obrolan di warung kopi, grup WhatsApp, dan tentu saja—TikTok.

Vania disebut-sebut siswi sebuah SMP di Ngawi. Bukan karena prestasi. Tapi karena video berdurasi pendek yang menyebar terlalu cepat dan terlalu jauh.

Video itu muncul di akun TikTok bernama @toko.stowbery. Kalimat pengantarnya singkat, tapi cukup untuk menyulut api:

“Manisnya Vania, dasar bocil SMP.”

Tiba-tiba tagar #vania, #siswismp, #ngawi7menit berseliweran. Warganet menyebar lebih cepat daripada yang punya video sempat berpikir ulang.

Dan seperti biasa, yang dicari bukan kebenaran—tapi versi full-nya. Komentar bermunculan: “Baru nonton full-nya di akun va*zom,” tulis seseorang yang tampaknya terlalu bangga. Lainnya ikut-ikutan: “ dong,” “Yang lengkap ada di akun kean.”

Seolah tak ada rasa bersalah.

Padahal, belum ada yang tahu pasti siapa gadis di video itu. Benarkah dia Vania?

Benarkah dari SMP 1 Ngawi? Atau sekadar nama acak yang dilempar ke keramaian digital?

Rumor pun berkembang liar. Ada yang bilang durasi video 7 menit. Ada pula yang menyebut 20 menit, dengan lebih banyak pemain dari yang bisa dihitung jari.

Yang pasti: tak ada klarifikasi dari sekolah. Tak ada pernyataan dari keluarga. Polisi pun belum bicara. Tapi netizen sudah menjatuhkan vonis.

Inilah dunia yang kita bangun: saat satu video bisa mengubur masa depan seseorang, bahkan sebelum dia sempat dikenal sebagai manusia.

Vania -siapapun dia- mungkin hanyalah korban. Atau bahkan bukan tokoh utama dalam cerita ini.

Yang lebih menyedihkan: orang-orang justru berlomba menyebarkannya. Sebagian demi likes. Sebagian demi sensasi. Sisanya? Mungkin hanya karena bosan.

Kalau pun benar video itu nyata, tidakkah lebih baik dihapus? Disudahi? Bukan malah dicari?

Biar bagaimana pun, ini bukan prestasi. Bukan hiburan. Ini luka. Yang mungkin tak akan sembuh hanya karena kita mengklik tombol “hapus.”

Dan kalau ini semua hanya hoaks? Maka lebih kejam lagi. Karena ada nama dan wajah yang telanjur dijadikan sasaran.

bukan selalu berarti penting. Apalagi yang satu ini.

Vania SMP 1 . Sebuah nama dan fenomena yang seharusnya tidak perlu kita kenal dengan cara seperti ini.***

Penyanyi Dangdut Jadi Caleg, Disebut Robby Abbas Pernah Terlibat Prostitusi Online. Siapa Dia?

0

Bogordaily.net jadi caleg, pernah eksis di lingkaran . Heboh.

Itu diungkap yang kini muncul lagi. Lama tak terdengar, kini namanya kembali bikin gaduh.

Ia memang bukan tokoh biasa. Namanya sempat ramai di masa lalu—kasus , Amel Alvi, ingat?

Kini ia muncul di podcast, duduk santai, berbicara seperti teman lama. Tapi kalimat-kalimatnya tajam. Seperti pisau. Dan tentu saja, sensasional.

Yang bikin publik menganga bukan hanya soal angka—50 sampai 60 juta untuk sekali “order”. Tapi nama-nama yang ia sebut. Atau lebih tepatnya, inisial-inisial.

FF, AA, A yang disebut “berdarah Arab”. Lalu satu lagi yang menarik perhatian: yang kini jadi caleg.

Ya, , caleg. Pernah ikut dalam “lingkaran” , katanya. Pernah. Dulu.

Ia tak menyebut nama. Bahkan tidak memberi inisial. Tapi ia memberi petunjuk lain: cukup terkenal. Sudah duduk di legislatif. Dan kini berbisnis nasi tempong.

Tidak banyak yang masuk politik dan jualan nasi tempong. Publik tentu bisa menebak. Atau malah makin penasaran.

Tapi Robby menegaskan satu hal: itu masa lalu. Bukan sekarang. Bukan saat dia sudah duduk manis sebagai caleg.

Mungkin ini caranya menebus masa lalu: bicara blak-blakan agar orang lain tidak mengulangi. Atau bisa jadi, hanya ingin panggung lagi. Kita tidak tahu.

Yang jelas, satu nama kini jadi buah bibir. Tanpa disebut, tapi semua merasa mengenalnya.

Begitulah politik dan dunia hiburan. Kadang batasnya kabur. Kadang menyatu. Dan kadang, seperti sekarang—meledak dalam sebuah podcast.***

Jadwal One Way Puncak 20 April 2024, Catat!

0

Bogordaily.net – Jadwal hari ini Minggu 20 April 2024 bertepatan dengan libur panjang karena Wafat Yesus Kristus.

Artinya: libur panjang. Empat hari. Mulai Kamis sore, suasana akan berubah. Jalan raya berubah jadi lautan mobil. Dari Jakarta mengalir ke atas: ke .

Satlantas Polres Bogor sudah menyiapkan senjata pamungkasnya: jadwal . Plus: ganjil genap.

Plus: buka tutup jalur. Semua demi satu hal: mencegah jadi parkiran massal.

Ganjil Genap

Mobil dengan pelat nomor ganjil tak boleh naik ke jika tanggal genap. Begitu juga sebaliknya.

Sampai Minggu malam, 20 April 2025, sistem ini akan terus berjalan. Dari jam 6 pagi sampai malam. Hanya untuk kendaraan yang naik. Yang turun ke Jakarta? Silakan saja, bebas.

Pagi hari, sejak pukul 07.00 WIB. Polisi akan menutup semua akses turun dari . Hanya satu arah: naik. Jakarta ke . Sampai pukul 12.00 WIB.

Setelah itu? Arah dibalik. Dari jam 12.30 sampai 18.00 WIB, semua kendaraan harus turun. Naik? Tidak boleh. Bahkan, jika arus turun belum selesai, jam pulang bisa molor sampai malam.

Polisi bisa menerapkan dua kali. Pagi: naik. Sore: naik lagi. Ya, jika kondisi sudah sangat gawat.

Rute Alternatif: Jalan Tikus Andalan Lama

Mereka yang cerdik bisa lewat Bukit Pelangi. Keluar tol Sentul Selatan, masuk ke Babakan Madang, terus ke arah Megamendung.

Belok kanan di Simpang Gadog, tembus ke Pasar Cisarua lewat jalan desa.

Atau lewat Cilember. Atau Gadog bawah. Jalan-jalan sempit yang dulu hanya dilewati penduduk lokal, kini jadi harapan terakhir para wisatawan nekat.

Jadwal Bisa Berubah

Ini bukan jadwal mati. Polisi bisa mengubahnya sewaktu-waktu. Berdasar realita di lapangan.

Jadi jangan terlalu percaya jadwal. Percayalah pada feeling. Dan akun Instagram @satlantaspolresbogor.tmc.

Begitulah. Setiap libur panjang, kita mengulang kisah yang sama. Gunung, macet, dan perintah polisi. Judulnya boleh beda.

Tapi isinya selalu sama: manusia berbondong-bondong mencari udara segar. Lalu terjebak di dalam mobil ber-AC.***

Banyak Wartawan Belum Miliki Rumah, Akankah Subsidi Rumah Jadi Solusi?

0

Bogordaily.net – Rencana pemerintah untuk memberikan 1.000 unit rumah subsidi bagi wartawan menuai pro dan kontra. Program subsidi rumah yang akan diluncurkan pada 6 Mei 2025 oleh Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) ini, digadang-gadang merupakan bentuk kehadiran negara terhadap nasib wartawan.

Namun, dibalik niat baik tersebut, terselip pertanyaan penting: benarkah ini menjadi solusi bagi permasalahan dasar yang dihadapi wartawan? Atau justru upaya yang berisiko mencemarkan nama baik wartawan itu sendiri?

Kita tidak bisa menolak kenyataan bahwa kesejahteraan wartawan di Indonesia masih jauh dari kata ideal. Laporan Potret Jurnalis Indonesia 2025 yang dirilis Aliansi Jurnalis Independen (AJI) mencatat bahwa 34,2 persen wartawan yang sudah terverifikasi Dewan Pers digaji di bawah upah minimum provinsi (UMP).

Sedangkan, sebanyak 61,7 persen dari mereka bahkan tidak mengalami kenaikan gaji selama setahun terakhir. Artinya, hampir sepertiga wartawan di Indonesia bekerja tanpa penghasilan yang layak.

Sebagai mahasiswa Program Studi Komunikasi Digital dan Media, saya melihat bahwa pemerintah semestinya lebih dulu fokus terhadap faktor utama kesejahteraan wartawan, misalnya memastikan 34,2 persen wartawan yang bergaji di bawah UMP mendapatkan pendapatan yang lebih layak dengan menerapkan regulasi terkait gaji kepada perusahaan media.

Selain itu, pemerintah juga wajib menjamin adanya kebebasan pers, termasuk menghentikan dan mencegah terjadinya tindakan represif aparat terhadap jurnalis yang tengah melaksanakan tugas di lapangan.

Ketika subsidi rumah diberikan kepada profesi tertentu, itu dapat menciptakan contoh yang berbahaya. Hal tersebut membuka ruang bagi masyarakat untuk kemudian mempertanyakan independensi wartawan.

Bayang-bayang wartawan yang tunduk karena merasa “berutang budi” kepada negara menjadi momok yang menakutkan terhadap media sebagai pilar keempat demokrasi.

Penolakan sejumlah organisasi jurnalis seperti AJI, IJTI, dan PFI terhadap rencana ini bukanlah tanpa alasan. Mereka menilai bahwa program khusus bagi wartawan dalam mengakses rumah subsidi akan menimbulkan citra negatif bagi wartawan itu sendiri dan mengedankan adanya perlakuan istimewa.

Padahal, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun lalu, hanya 59,96 persen rumah tangga di Indonesia yang memiliki rumah dengan sertifikat hak milik. Yang mana, kebutuhan akan tempat tinggal bukan hanya milik wartawan, tetapi jutaan rakyat Indonesia yang juga berjuang untuk memenuhi kebutuhan papannya.

Jika skema subsidi yang digunakan pemerintah adalah Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), yang sebenarnya bisa diakses oleh siapa pun dengan pendapatan maksimal Rp8 juta per bulan dan belum memiliki rumah, lalu apa urgensi pemerintah memberikan program khusus kepada wartawan? Bukankah lebih baik jika program ini dibuka tanpa harus mendahulukan profesi tertentu?

Tentu, niat baik pemerintah layak untuk diapresiasi. Namun, eksekusi kebijakannya perlu dilakukan dengan pertimbangan matang. Dewan Pers sendiri telah memberikan sikap dengan menolak menyerahkan 100 nama wartawan penerima kunci rumah subsidi.

Hendaknya program ini tidak menjadi gimmick semata menjelang momentum tertentu atau bahkan alat yang mampu menurunkan kemampuan berpikir kritis wartawan terhadap kebijakan yang dikeluarkan pemerintah.

Rencana pemerintah dalam memberikan subsidi rumah ini sebaiknya dikaji ulang hingga 5 Mei 2025 nanti. Di saat yang sama, pemerintah perlu membuka ruang diskusi dengan wartawan atau asosiasinya sebagai objek kebijakan. Bukan sekadar mendengar, tetapi sungguh-sungguh mempertimbangkan apa yang menjadi suara mereka sebagai pihak yang akan paling terdampak.

Mahasiswa, khususnya yang akan menjadi ahli komunikasi di masa yang akan datang, sudah seyogianya mendukung keputusan Dewan Pers untuk menolak menyerahkan data 100 wartawan penerima rumah subsidi.

Kita semua pasti menginginkan kehidupan yang layak bagi wartawan, namun penting bagi mereka untuk tetap independen, kritis, dan berani. Dan kesejahteraan wartawan sebetulnya tidak akan pernah tercapai jika kebebasan pers masih dibungkam lewat cara-cara yang terlihat manis di permukaan, namun menyimpan jebakan Batman di baliknya.***

Fairuz Zain
Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB University