Tuesday, 22 July 2025
Home Blog Page 8656

Ini Dia Truk Mewah Mercy Buatan Wanaherang Gunungputri

0

BOGOR DAILY- PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia (MBDINA), distributor resmi kendaraan komersil Mercy di Indonesia, memastikan akan memproduksi truk heavy-duty baru di pabrik mereka yang ada di Wanaherang, Bogor, Jawa Barat.

“Kami akan merakit truk Axor di Indonesia, di Wanaherang. Ini bantuan kami untuk melancarkan transportasi di Indonesia,” ujar Hari Boedi Hartono, Presiden Direktur PT Hartono Raya Motor, main dealer Mercy, di Jakarta, Kamis (16/3).

Axor sendiri adalah truk baru Mercy. Beda dengan truk sebelumnya, truk ini diperuntukkan bagi kegiatan on the road, artinya hanya bisa melaju di jalanan kota atau aspal. Ada lima model sekaigus yang diperkenalkan, dengan harga yang beragam.

Axor 2528 C dibanderol Rp 816 juta, Axor 4028 T Rp 689 juta, Axor 1623 R Rp 550 juta, Axor 1623 C Rp 563 juta, dan yang paling mahal Axor 3336 K Rp 1,17 miliar. Ini adalah harga off the road, yang bakal lebih mahal setelah ditebut konsumen.

General Manager of Commercial Vehicle Planning & Life Cycle Management Mercedes-Benz Indonesia Maximilian Knorr mengatakan, perakitan lokal adalah bagian dari komitmen mereka terhadap pemerintah Indonesia yang fokus pada infrastruktur.

“Dengan teknologi terbaik, fasilitas produksi kualitas Jerman yang kami miliki, dan dengan sumber daya manusia yang kami punya saat ini, kami sangat yakin akan bisa menghasilkan produk dengan kualitas standar Mercedes-Benz,” terang Knorr.

Pemerintah Indonesia memang sedang menggenjot pertumbuhan infrastruktur dan lokalisasi produk otomotif. Tahun 2020 pemerintah menargetkan 2,5 juta unit dibuat di dalam negeri. Pemerintah ingin Indonesia jadi basis produksi otomotif.

Mercy sendiri menjanjikan bisa membuat Axor sebanyak 4.500 unit setiap tahunnya.

Di kesempatan yang sama, Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Yan Sibarang Tandiele mengatakan, langkah Mercy adalah langkah yang tepat. Ia berterima kasih kepada Mercy yang menjadikan Indonesia salah satu basis produksi.

“Atas nama pemerintah, kami sangat menyambut baik langkah Mercy. Kami yakin bahwa dengan diluncurkannya produk baru ini tentu akan meningkatkan industri truk dalam negeri, dan mendukung pembangunan di Indonesia,” terang Yan dalam sambutannya.

Wow! Honor 1 jam Menteri Bicara Dibayar Rp 5 juta

BOGOR DAILY-   Pengakuan mengejutkan diungkapkan mantan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) RI Gamawan Fauzi. Di balik kisruh proyek E-KTP, dalam persidangan Kamis (16/3), Gamawan buka-bukaan soal honor yang diterima saat masih menduduki orang nomor satu di Kementrian Dalam Negeri (Kemendagri).

Selain disebut menerima USD 4,5 juta, mantan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi disebut mendapat Rp 50 juta terkait proyek e-KTP. Uang Rp 50 juta yang ia terima, menurut Gamawan, merupakan honornya sebagai pembicara saat masih menjabat Mendagri.

“Saya baca disebut-sebut terima Rp 50 juta untuk lima daerah. Saya perlu clear-kan, Yang Mulia, karena banyak yang bertanya kepada saya. Uang itu honor saya pembicara, Yang Mulia, di lima provinsi,” kata Gamawan saat bersaksi di Pengadilan Tipikor, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Kamis (16/3).

Gamawan lalu menjelaskan, saat menjadi menteri, dia mendapatkan honor Rp 5 juta per jam. Menurut Gamawan, hal itu sesuai dengan aturan.

“Karena menurut aturan, 1 jam menteri bicara itu Rp 5 juta. Kalau saya bicara 2 jam, Rp 10 juta. Saya menerima komisi, jadi itu honor resmi, saya tanda tangani. Bukan uang dikasih, uang operasional saya, Yang Mulia,” ujar Gamawan.

Gamawan menjabat Mendagri pada periode 2009-2014. Entah aturan mana yang dimaksud Gamawan. Proyek e-KTP sendiri merupakan proyek multiyears dari 2010-2012.

Mengacu pada Permenkeu Nomor 36 Tahun 2012, yang merupakan perubahan atas Permenkeu Nomor 84 Tahun 2011 tentang standar biaya tahun anggaran 2012, honor menteri sebagai pembicara adalah Rp 1,5 juta. Dalam aturan tersebut tak dijelaskan apakah Rp 1,5 juta tersebut untuk satu jam atau sekali menjadi pembicara.

Dalam surat dakwaan KPK, mantan Dirjen Dukcapil Irman, yang kini telah duduk sebagai terdakwa, menerima aliran uang Rp 876.250.000, USD 73.700, dan SGD 6.000. Uang itu disebut digunakan untuk membiayai kepentingan pribadi dan diberikan kepada beberapa orang, termasuk Gamawan. Gamawan disebut menerima uang Rp 50 juta dari Irman itu pada saat kunjungan kerja di Balikpapan, Batam, Kendari, Papua, dan Sulawesi Selatan (de/bd)

Awas! Ikan Asin Berformalin Marak di Bogor

BOGOR DAILY– Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor menemukan ikan asin mengandung formalin dari pedagang di sejumlah pasar tradisional di Bogor. Temuan ini setelah petugas melakukan inspeksi mendadak ke sejumlah pasar tradisional. Tak hanya ikan asin berformalin, dari hasil uji laboratorium, petugas juga menemukan terasi curah yang positif menggunakan pewarna Rhodamin B. Itu adalah zat pewarna sintetis yang khusus digunakan untuk produk tekstil, kertas dan plastik.

Petugas Unit Pelaksana Teknis Kesehatan Ikan dan hewan wilayah 6, Diah Rodiah menjelaskan, zat-zat berbahaya itu diketahui setelah petugas menguji sampel makanan menggunakan rapid test.

Bahan dasar sambal dan makanan olahan berupa ikan asin itu diperoleh dari sejumlah pedagang di Pasar Jumat, Dramaga, Bogor.

“Setelah kami cek sampel terasi, ikan cucut asin, dan kerang asin itu ternyata positif mengandung formalin dan zat pewarna Rhodamin B,” kata Diah, usai sidak.

Tim tersebut juga mengecek bahan makan lainnya seperti bakso, daging ayam, daging sapi, pindang, mie basah, tahu putih, dan sebagainya.

Namun setelah dicek, bahan makanan tersebut tidak mengandung bahan berbahaya dan masih aman dikonsumsi manusia.

Diah menjelaskan, makanan yang tercampur dengan formalin, pewarna makanan sintetis, maupun zat kimia lainnya dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia. Misalnya iritasi pada kulit, bahkan dalam jangka panjang bisa menyebabkan penyakit dalam seperti gangguan fungsi hati hingga kanker.

Atas temuan tersebut, petugas langsung membina pedagang yang menjual bahan makanan berbahaya tersebut. Ia meminta agar tidak menjual bahan makanan yang bisa mengancam kesehatan konsumen.

“Kami tidak bisa menindak, tapi hanya mengimbau kepada para pedagang untuk tidak menjual bahan olahan makanan yang mengandung zat berbahaya, dan merugikan konsumen,” tegas Diah.

Tak hanya di Pasar Jumat Dramaga, selama dua hari berturut-turut petugas juga menemukan kasus serupa di beberapa pasar tradisional lainnya, seperti Pasar Ciampea Lama dan Ciampea Baru.

“Temuannya hampir sama dengan di Pasar Jumat, yakni beberapa jenis ikan asin dan terasi positif mengandung zat berbahaya,” terang pelaksana UPT Kesehatan Ikan dan Hewan wilayah 6, Teni Dwi Noviani.

Untuk meminimalisir sekaligus memberikan sosialisasi, pihaknya akan terus melakukan sidak ke pasar tradisional lainnya.

“Kami akan terus datangi pasar-pasar yang ada di wilayah tugas kami,” tandas Diah. (lip/bd)

Mulai September Proyek Jalan Lingkar Klapanunggal Digarap.

BOGOR DAILY- Pemerintah Keca­matan Klapanunggal sibuk mer­encanakan pembangunan jalan lingkar kota. Proyek jalan lingkar Klapanungal ini dilakukan dengan menggandeng sembilan perusahaan swasta. Sesuai rencana, proyek yang diprediksi menelan anggaran mencapai Rp13 miliar bakal melewati lima desa. Di antaranya Desa Kembangkuning, Desa Klapanunggal, Desa Cikahuripan, Desa Linggarmukti dan Desa Bojong.

Camat Klapanunggal Ade Yana Mulyana mengatakan, pembangunan jalan lingkar kota di wilayahnya itu dimulai dari kantor kecamatan, alun-alun, stadion mini, bumi perkemahan, pasar kecamatan, sub terminal kecamatan hingga membangun kembali Wisata Air Panas Sodong. ”Wacana pembangu­nan awal jalan lingkar kota ini akan diawali dari samping Polsek Klapanunggal hingga PT Bukaka yang panjangnya sekitar kurang lebih dua kilometer,” ujar Ade kepada Met­ropolitan, kemarin.

Menurutnya, tembusan jalan lingkar kota dimaksudkan untuk lebih memper­mudah akses masyarakat jika hendak ke arah Jonggol maupun jalur Puncak Dua. “Dana pembangunan jalan lingkar kota bersumber dari hasil swadaya sembilan perusahaan swasta di wilayah tempatnya bertugas dengan menghabiskan angga­ran sedikitnya Rp13 miliar,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, saat ini beberapa peru­sahaan telah bersedia menyumbang dana demi terwujudnya pembangunan jalan lingkar kota. “Kami masih kesulitan, lan­taran jalan yang akan digunakan masih masuk jalan desa,” paparnya.

Ia membeberkan, pembangunan jalan lingkar kota itu sebenarnya sudah diker­jakan mulai dari awal September 2016. Dari pihak perusahaan pun telah bersedia membantu menghitung ketebalan jalan (met/bd)

VIDEO: Begini Keadaan Sekolah di Ujung Gunung Suling Rumpin

BOGOR DAILY- Siapa sangka di ujung Gunung Sul­ing Rumpin Bogor terdapat kehidupan warga. Kampung Haniwung, namanya. Letaknya ada di Desa Rabak, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor. Untuk sampai di sana, warga sudah terbiasa menem­bus hutan dan melewati jalan setapak dikelilingi jurang. Begitupun dengan anak-anak yang bersekolah di sana. Sekolah di Ujung Gunung Suling Rumpin jadi satu-satunya  sekolah harapan 73 Kepala Keluarga di Kampung Haniwung.

Sebuah  bangunan mirip gubuk berdi­ri di atas lahan milik warga bernama Usuf, warga asli Kampung Haniwung yang lama ditinggalkan. Di ujung gunung itu tampak bocah berseragam merah-putih asyik belajar di bawah pohon sambil ditemani suara kolecer (kincir, red). Meja kayu yang sudah usang dipakainya sebagai alas belajar. Sedangkan sebagian yang lain menempati rumah bilik yang kelihatan kolot (tua, red) dengan atap keropos. ­

Siswa di sana sekolah seadanya. Wajah lugu mereka membuat dua guru honorer yang ditugaskan di sana merasa berat meninggalkan. Walaupun, untuk mengajar di sana harus melewati medan yang berat. Belum lagi melihat ulah anak-anak yang masih senang bermain-main saat belajar. sampai-sampai  gurunya dibuat kelabakan karena seringkali siswa di sana berlarian ke sana kemari saat jam belajar.  Bahkan, ada yang sengaja ber­main di kandang kambing yang bersebelahan dengan bilik sekolah. Seperti yang bisa dilihat di video berikut ini.

 

“Ya begini lah kalau seko­lah di kampung, anak-anak semaunya. Kadang ada yang kabur ke kandang kambing, ada yang lari-larian,” ungkap Dedi Supardi, guru honorer yang baru dua tahun men­gajar.

Sedikitnya ada 42 siswa yang belajar di sekolah ujung Gu­nung Suling Rumpin yang merupakan kelas jauh dari SD Negeri Rabak 01, Kabupaten Bogor. Meski fasilitasnya serba terbatas, sekolah ini menjadi harapan warga satu kampung yang hidupnya terasingkan.

Ini karena lokasinya yang berada di atas gunung hingga perlu perjuangan untuk sam­pai di kampung berpenduduk 73 Kepala Keluarga (KK) atau sebanyak 325 jiwa itu. Terma­suk usaha keras menembus hutan, melewati jalanan terjal dan curam yang kanan-kirinya dikelilingi tebing dan jurang.

Bahkan, setiap harinya sang guru rela menempuh perjalan­an melelahkan dengan kondisi jalan yang sebagian masih tanah berbatu, belum lagi jika musim hujan. Tak hanya licin, jalanan pun dipenuhi tanah merah yang riskan dilewati.

“Awal-awal memang kaget, tetapi karena sudah menjiwa akhirnya enak saja jalaninya. Butuh waktu sekitar 20 menit untuk ke sekolah karena kan naik motor. Kalau hujan, mot­ornya didorong,” aku Dedi.

Setiap pukul 08:00 WIB, murid-murid di sana sudah ramai memenuhi ruang kelas butut. Belajar mereka tak lama, hanya sekitar dua sampai tiga jam. Biasanya pukul 10:00 WIB anak-anak sudah bubar sekolah.

Anak kelas satu belajar di luar kelas, sedangkan khusus kelas dua dan tiga dikumpul­kan dalam satu ruang kelas butut. Tak hanya fasilitas yang terbatas, tenaga pengajar pun sangat minim. Hanya ada dua guru honorer yang menjadi pendidik untuk anak-anak di Kampung Haniwung.

“Kalau satu nggak masuk, ya semuanya di-handle satu orang,” ucap Mulhat Iskandar, guru pengampu kelas dua dan tiga yang ikut jadi per­intis hadirnya sekolah ujung Gunung Suling Rumpin

Lihat Video suasana sekolah di Ujung Gunung Suling Rumpin

 

 

Heboh Angkot Masuk Kampung, Ojek Pangkalan Bisa Ribut

BOGOR DAILY- Program angkot masuk kampung masih menuai pro kontra. Kebijakan ini dituding jadi menambah masalah baru,

di tengah angkutan online yang menjamur. Sejumlah kalangan menilai kebijakan Bima Arya untuk mengurai kemacetan justru menambah gesekan antara sopir angkot dan tukang ojek pangkalan, Ini disebabkan munculnya kompetitor baru, selain ojek online yang membuat rezeki  mereka makin seret.

Menurut Pengamat Kebijakan Pemer­intah Daerah Mihradi, kebijakan yang dibuat walikota terkesan tergesa-gesa. Sementara, ada tahapan yang sengaja dilompat Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor.

“Kesan yang timbul pemkot terlihat tergesa-gesa untuk meresmikan rerouting ini. Padahal, ada tahapan yang dilompat,” ujar Mihradi.

Ia mencontohkan, sebelum kebijakan itu dibuat seharus­nya ada tahap-tahap yang harus dilalui pemkot. Mulai dari sosialisasi dengan orang-orang yang terkena dampak kebijakan dan tahapan uji coba.

“Dalam tata kelola pemeri­nah itu harus ada tranparansi dan partisipasi. Transparan­si mencakup perencanaan bagaimana program itu akan dibuat. Sedangkan partisi­pasi itu menyangkut orang-orang yang terkena imbas dari penerapan program itu,” terangnya.

Menurutnya, program ang­kot masuk kampung rentan dengan terjadinya masalah sosial. Bahkan bisa memper­luas peta konflik.

“Konflik dengan angkutan online saja belum selesai. Sek­arang angkot masuk kampung ini bisa jadi masalah baru. Karena bisa jadi kompetitor baru bagi ojek pangkalan. Bisa-bisa rezeki tukang ojek pangkalan terampas,” kata Mihradi.

Ia meminta Pemkot Bogor mengurus persoalan satu per satu. Tidak tergesa-gesa, me­lainkan perlu pertimbangan dan kajian matang. “Pemda tidak boleh main-main. Harus ekstra mengkajinya,” terangnya.

Hal ini juga diamini Pakar Tata Kota Trisakti, Nirwono Yoga. Ia mempertanyakan bagaimana penyediaan angkutan massal yang ada di Kota Bogor.

Se­mentara, kondisi Perusahaan Daerah Jasa Transportasi milik pemerintah tidak sehat alias bangkrut. Padahal, perusahaan itu yang akan menggerakan pengelolaan layanan angkutan massal di Kota Bogor.

“Ini sama saja menambah masalah baru dengan mendis­tribusikan kemacetan ke kam­pung-kampung,” tegas dia.

Nirwono menyarankan agar pemerintah berani mengam­bil sikap dan gebrakan baru untuk mendorong program reroutingnya berjalan mulus.

“Misalnya membatasi kenda­raan pribadi masuk ke kota dengan penerapan e-parking progresif. Semakin ke pusat semakin mahal. Dan peni­adaan bertahap parkir di jala­nan,” ungkap dia.

Meski begitu, Walikota Bo­gor Bima Arya meyakini jika program angkot masuk kam­pung itu bisa mengurai pen­umpukan yang ada di pusat kota. Bahkan, ini jadi program unggulan pemkot untuk men­gurangi kemacetan.

“Ya semuanya akan dilaku­kan bertahap. Termasuk untuk jaringan jalan nanti itu urusan PUPR,” tandasnya. (met/bd)

Ini Lho Tanah Kiai Hasyim di Parung yang Ingin Dibuat Ponpes

0

BOGOR DAILY – Sejak kepergian KH Hasyim Muzadi, Kamis (16/3), kerabat dekatnya masih terngiang-ngiang oleh wasiat terakhir almarhum. Yakni, membangun pondok pesantren baru Al-Hikam di Desa Iwul, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor. Bahkan, mendiang kiai Hasyim tahun sudah mendatangi lokasi tanag seluas lima hektar yang ingin didirikan sebagai tempat pendidikan ilmu agama.

Adalah Ahmad Shodiq, kerabat pendiri Ponpes Al Hikam yang sempat dimintai untuk segera merealisasikan cita-citanya.

“Hasyim sangat ingin mengembangkan Ponpes Al Hikam. Bahkan beliau san­gat ingin mengembangkan Pesantren Al Hikam di Bo­gor,” ungkap kerabat pendiri Ponpes Al Hikam, Ahmad Shodiq.

Shodiq menuturkan jika Kiai Hasyim telah membeli lahan seluas lima hektare di Bogor untuk mengembangkan dan mem­bangun cabang Ponpes Al Hikam pada 2016. Sejauh ini, telah ada dua Ponpes Al Hikam, yakni di Depok Jawa Barat dan Malang Jawa Timur. “Yang di Depok sudah ada sejak 2002,” ucapnya.

peninjauan tanah seluas lima hektar itu juga dilakukan kiai Hasyim bersama Shodiq pada akhir 2016. Saat itu, Hasyim berpesan agar pembangunan ponpes di Bogor bisa diselesaikan dan dia akan berusaha mencari donatur untuk pembangunan ponpes di kawasan Iwul, Kabu­paten Bogor.

“Beliau ingin membangun pesantren mahasiswa agar banyak menciptakan hafiz (penghafal Alquran),” ujarnya.

Dengan dibangunnya pesantren untuk mahasiswa, menurut Hasyim yang diutara­kan kepada Shodiq, para ula­ma tidak akan mengamen dan tidak keliling-keliling saja. “Be­liau ingin membuka link untuk ulama agar diakui,” ucapnya.

Bahkan Hasyim ingin mem­buat legalisasi atau formalitas bagi para penghafal Alquran. Dengan adanya formalitas tersebut, para penghafal Alquran punya sertifikat dan tercatat secara administrasi di lembaga atau institusi pendi­dikan. “Itu cita-citanya, ingin punya formalitas bagi peng­hafal Alquran,” ucapnya.

Kepala Desa Iwul Nasim Setiawan mengaku baru men­getahui soal rencana pemban­gunan pesantren itu. “Saya malah baru dengar, nanti akan ditelusuri,”ujar dia.

Sementara itu, Ketua Pengu­rus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Bogor Ramdoni bersama–sama di wilayah Kota/Kabupaten Bo­gor dan Kota Depok Jawa Barat mengikuti salat goib pasca meninggalnya Kiai Haji Hasyim. “Salat ini kami lakukan serentak di masing–masing masjid di setiap wilayah Bogor dan Depok setelah salat zuhur berjamaah,” ujarnya

Baginya, almarhum meru­pakan sosok yang baik dan bisa jadi penyeimbang bagi warga NU. “Beliau (alm) meru­pakan penyeimbang, juga dikenal dunia. Dengan ke­pergian beliau kami berdoa bersama agar amal ibadahnya dapat diterima,” pungkasnya. (met/bd)

In Memoriam Kiai Hasyim Muzadi

0

Hari ini seluruh warga Nahdliyin di Indonesia berduka atas wafatnya mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam Depok, Jawa Barat.

Selain itu, kiprah Kiai asal Malang, Jawa Timur, ini juga dikenal sebagai Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres).

Hari ini Tokoh yang pernah mencalonkan diri sebagai Wakil Presiden tersebut menghembuskan nafas terakhirnya pada pukul 06.15 WIB di kediamannya di Malang, Jawa Timur.

Kiai Haji Ahmad Hasyim Muzadi lahir di Tuban, Jawa Timur, 8 Agustus 1944, adalah seorang tokoh ulama kharismatik yang sempat mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Modern Darussalam, Gontor, Jawa Timur.

Kenangan saya bertemu dengan Kiai Hasyim Muzadi adalah ketika saya dipercaya sebagai Sekretaris Bantuan Hukum Mega-Hasyim di Pilpres 2004 dan terakhir 7 bulan yang lalu, ketika saya mendampingi para ulama dari Banten (Serang dan Pandeglang) untuk mengadukan nasibnya terkait ditutupnya sumber mata air warga Cadasari dan Baros oleh PT. Mayora Group.

Dalam pertemuan tersebut, beliau menyatakan akan membantu menyampaikan keluhan masyarakat Pandeglang kepada Presiden Joko Widodo. Dan sebagai seorang kiai beliau sangat amanah, untuk menyampaikan semua persoalan warga Banten kepada presiden.

Tak lama setelah pertemuan di kantor Wantimpres antara saya, ulama sepuh yang langsung dipimpin oleh Kiai Hasyim Muzadi, akhirnya ada secercah harapan.

Dimana tak lama kemudian terjadi rotasi jabatan di institusi Polri yang juga berimbas rotasi kepemimpinan di Polda Banten.

Dari semula dijabat oleh Brigjend Pol Boy Rafly Amar diganti Bigjend Pol Listyo Sigit yang juga mantan ajudan Presiden Jokowi.

Melalui fasilitas Kapolda Banten yang baru akhirnya para ulama Banten mendapat dukungan dari DPRD dan Pemerintah Provinsi untuk tidak menerbitkan izin eksploitasi air di wilayah sumber mata air “keramat” di Gunung Karang.

Peristiwa tersebut membuat saya menyimpulkan, bahwa tidak selamanya pemilik modal bisa mempengaruhi para umaro dan ulama.

Itu terbukti PT. Mayora Group yang modal finansialnya segunung tidak bisa mempengaruhi para ulama Banten, Kiai Hasyim Muzadi dan tentunya juga presiden.

Alhamdulillah perjuangan rakyat, santri dan para Ulama Banten akhirnya mampu membuat PT. Mayora gigit jari. Invetasinya yang melabrak peraturan perundang-undangan gagal dengan terbitnya larangan dari Pemerintah Provinsi Banten untuk tidak melanjutkan eksploitasi mata air Gunung Karang.

Tapi perlu dicamkan juga. Bahwa perjuangan panjang yang hasilnya baik ini tidak seperti membalikkan telapak tangan. Diperlukan konsistensi, daya tahan yang tinggi dan tidak mudah menyerah.

Perlu diketahui, dalam perjuangan ini ada juga korban dari masyarakat yang diperiksa polisi dan nyaris jadi tersangka. Bahkan muncul konflik fisik kembali yang kemudian ditetapkan tiga orang tersangka.

Semua usaha ini dilakukan dengan cermat, hikmat dan doa yang akhirnya berujung baik.

Semoga saja model penyelesaian kasus  yang menimpa masyarakat Cadasari dan Baros Pandeglang ini bisa jadi rujukan.

Apalagi, nyaris selama 2 tahun kami berjuang berdampingan dengan para santri serta ulama. Dan hasilnya alhamdulilah positif.

Selamat tinggal guru kami Kiai Hasyim Muzadi. Doa dan Perjuanganmu selalu di hati….

 

Sugeng Teguh Santoso, SH.

(Ketua Tim Advokasi Untuk Banten)

Kata Pakar Tata Kota dan Transportasi, Program Angkot Masuk Kampung di Bogor Cuma Pindahkan Kemacetan…

 

BOGORDAILY- Program angkot masuk ke kampung-kampung di Kota Bogor jadi gunjingan hangat masyarakat. Ini menyusul telah diberlakukannya penambahan trayek baru dari 23 ke 30 trayek.

Meski punya niat mulia untuk mengurai kemacetan, terobosan Walikota Bogor Bima Arya ini justru dikritik habis-habisan oleh Pakar Tata Kota dan Transportasi.

Sesuai rencana, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor berniat mengurai penumpukan angkot yang terjadi di dalam kota. Dua tahun jelang habisnya masa jabatan walikota, pemerintah daerah buru-buru mengeksekusi penggeseran angkot ke kampung-kampung dengan menambah trayek baru. Termasuk, memperpanjang lintasan angkot agar lebih dekat dengan pemukiman warga.

Sebanyak 30 trayek telah diresmikan walikota untuk dilalui angkot sampai ke perkampungan warga. Di antaranya terdiri dari lima trayek baru, enam trayek yang dipecah lintasannya, tiga trayek diperpanjang dan sisanya trayek tetap. Angkot-angkot itu dijadikan sebagai feeder alias kendaraan pengumpan yang melintas di pinggiran Kota Bogor.

Sedangkan, di pusat kotanya pemerintah menyediakan tujuh koridor utama yang hanya dilalui angkutan massal berupa minibus. Di antaranya trayek jurusan Terminal Bubulak-Terminal Baranangsiang (TPK-1), Terminal Ciawi-Terminal Bubulak via Baranangsiang (TPK-2), Terminal Ciawi-Terminal Bubulak via Lawanggintung (TPK-3), Terminal Ciawi-Ciparigi (TPK-4), Ciparigi-Terminal Merdeka (TPK-5), Terminal Ciawi-Warung Jambu (TPK-6) dan Terminal Baranangsiang- Belanova (TPK-7).

Sayang, tujuh koridor utama itu belum siap memfasilitasi kebutuhan warga terhadap pelayanan angkutan massal. Hal inilah yang akhirnya menimbulkan kecaman dari Pakar Tata Kota dan Transportasi Universitas Trisakti, Nirwono Yoga.

Menurut Nirwono, program ini terkesan diburu-buru mengingat masa jabatan Walikota Bogor Bima Arya dan wakilnya Usmar Hariman yang akan berakhir pada 2018. Sehingga yang terjadi adanya tumpang tindih masalah. Di satu sisi ada niat baik pemerintah menekan kemacetan, namun di sisi lain ada hal yang tidak dipersiapkan pemerintah sejak awal. Salah satunya yakni bagaimana penataan transportasi di pusat kota.

“Wajar kalau program ini dipercepat. Karena pemimpin itu kan dibatasi lima tahun. Artinya mereka dituntut punya gebrakan untuk modal selanjutnya. Tapi, seharusnya pemerintah fokus dulu di pusat kota baru melakukan atau unsur-unsur yang mendukung program ini dilakukan secara paralel,” terang Nirwono.

Ia mempertanyakan bagaimana penyediaan angkutan massal yang ada di Kota Bogor. Sementara, kondisi Perusahaan Daerah Jasa Transportasi (PDJT) milik pemerintah tidak sehat alias bangkrut. Padahal, perusahaan itu yang akan menggerakan pengelolaan layanan angkutan massal di Kota Bogor.

“Artinya apa, mengurai kemacetan itu tidak bisa sekadar membuang angkot ke pinggiran.

Sedangkan di dalam kota belum ada jaminan pelayanan angkutan massal yang baik. Ini sama saja menambah masalah baru dengan mendistribusikan kemacetan ke kampung-kampung,” tegas dia.

Nirwono menyarankan agar pemerintah berani mengambil sikap dan gebrakan baru untuk mendo­rong program rerouting­nya berjalan mulus.

“Misalnya membatasi kendaraan pribadi masuk ke kota dengan penerapan e-parking progresif. Sema­kin ke pusat semakin mahal. Dan peniadaan bertahap parkir di jalanan,” ungkap dia.

Tak hanya itu, menurut Nirwono, komitmen pemerintah mengurangi kemacetan tidak sekadar ditunjukan lewat acara seremonial berupa peresmian program rerouting. Melainkan, bagaimana pimpinan daerah bisa memberikan contoh nyata untuk mendorong warga beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan massal.

“Mungkin sepele, tapi ini cara paling nyata. Sekarang pemerintah buat pedestrian, buat jalur sepeda tapi pejabatnya sendiri tidak pernah memberi contoh pada warganya. Sehingga, itu semua hanya jadi pajangan tanpa memiliki dampak bagi kota itu sendiri,” kecamnya.

Menjawab itu, Bima Arya memastikan secara bertahap angkutan di pusat kota akan berkurang dengan adanya program konversi angkutan dari tiga angkot menjadi satu bus.

“Setelah launching ini, 2-3 minggu tahap stikeri­sasi. Angkot yang sudah dipasangi stiker sudah bisa beroperasi sesuai trayek barunya menjadi feeder. Baru masuk ke konversi, kami beri waktu enam bulan persiapannya,” terangnya.

Informasi yang dihimpun, pasca peresmian program rerouting, sejumlah angkot yang sudah ditempeli stiker baru belum banyak beroperasi sesuai trayeknya.

Kepala Bidang Angkutan pada Dinas Perhubungan Kota Bogor Jimmy Hutapea mengakui jika tujuh koridor utama yang dikhususkan dilalui angkutan massal sementara masih dilewati angkot. Karena, adanya ketidaksiapan dalam penyediaan bus.

“Sekarang kami fokus ke pengaturan trayek yang berganti kode. Untuk trayek baru itu pengisiannya setelah ada pengaturan terkait dengan adanya konversi. Karena busnya banyak belum siap, namun demikian angkot sekarang sudah ada beberapa yang telah beroperasi tetapi tidak semua,” ujarnya kepada wartawan, Rabu (15/3/2017).

Sementara itu, Ketua DPC Organisasi Angkutan Dae­rah (Organda) Kota Bogor Muhammad Ischak meni­lai dishub belum matang dalam mempersiapkannya, karena seharusnya papan petunjuk jalan dipersiap­kan sebelum penerapan rerouting. Sehingga pas­calaunching semua trayek sudah berjalan lancar. “Memang ini perencanaannya kurang matang. Kemarin itu hanya seremonial saja,” sindirnya. (met/bd)

Fantastis!! Sehari Pengirim SMS Undian Palsu Atas Nama Bank di Ciomas Bogor Raup Uang Segini….

BOGORDAILY- Komplotan penipuan online berkedok SMS undian atas nama bank makin banyak berkeliaran. Bahkan sekali transaksi, kawanan ini bisa meraup untung fantastis. Dari korban-korbannya, mereka bisa meraup duit hingga Rp50 juta perhari. Seperti yang dibongkar polisi di Perumahan Ciomas Permai, Kabupaten Bogor, Rabu (15/3/2017).

Sepuluh orang pelaku diringkus unit Cyber Crime Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Dit Reskrimsus) Polda Jabar atas penipuan berhadiah melalui sms. Di antaranya DI (18), ED (19), HK (19), LG (22), RN (18), NL (18), AS (30), HR (15), ZL (21) dan FD (32) sekitar pukul 09:00 WIB, (15/3).

Seluruhnya diketahui merupakan warga Palembang, Sumatra Selatan yang menetap di Perumahan Ciomas Permai, Blok D4, Nomor 15, Desa Ciapus, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

Dir Reskrimsus Polda Jabar Kombes Pol Samudi menuturkan, para pelaku menyebar SMS ke seluruh nomor telepon secara acak. Isi SMS berupa pemberitahuan jika nomor tersebut memenangkan hadiah senilai Rp27 juta beserta nomor telepon yang harus dihubungi korban untuk mencairkan hadiah.

“Korban yang menerima SMS itu menelepon ke nomor yang tertera di SMS. Setelah korban menelepon, pelaku menanyakan ATM yang digunakan korban,” kata Samudi.

Dengan dalih untuk mengirimkan uang hadiah itu, pelaku pun meminta korban datang ke ATM Bersama. Pelaku kemudian menanyakan sisa saldo yang dimiliki korban.

“Korban kemudian dipandu pelaku memasukan kartu ATM dan mengetikan kode untuk mencairkan uang. Tetapi tanpa disadari, kode yang ditekan bukan untuk mencairkan uang, melainkan mentransfer uang ke e-Cash milik pelaku. Untuk nominalnya, setengah dari sisa saldo korban,” kata Samudi.

Menurut Samudi, kurang lebih sudah dua tahun komplotan ini melakukan aksi penipuan tersebut. Menurutnya, semua pelaku berperan sebagai pengirim SMS dan juga penerima telepon dari korban.

“Modus ini cukup cerdik, biasanya kalau penipuan itu undian berhadiah berupa kupon. Tapi ini langsung masuk ke e-Cash yang bisa dibelanjakan atau tarik tunai,” katanya.

Kabid Humas Polda Jabar Kombes Yusri Yunus menambahkan, penangkapan tersebut bermula dari informasi dan pesan broadcast yang mengatasnamakan undian berhadiah Bank BRI di wilayah Jawa Barat sejak Desember 2016.

Dari hasil penyidikan diketahui bahwa memang banyak beredar website yang memalsukan situs resmi salah satu bank, di antaranya situs http://undian-bankbri-id.blogspot.co.id yang menampilkan nama-nama pemenang undian fiktif.

“Melalui hasil penyelidikan berdasarkan pelacakan IP Address dan nomor telepon yang digunakan pelaku diketahui bahwa keberadaan para pelaku berada di wilayah Ciomas, Bogor,” katanya.

Polisi lalu mendatangi lokasi dan ditemukan sepuluh pelaku beserta perangkat elektroniknya yang diamankan yakni tujuh unit laptop, 18 handphone, ratusan kartu perdana berbagai operator dan buku tabungan dari ber­bagai bank.

Selama ini pelaku mencari korban dengan cara membuat website undian berhadiah Bank BRI dan penyebaran SMS massal. Setelah korban menelpon pelaku (sebagai operator) lalu diarahkan untuk membayar sejumlah biaya dengan alasan pembayaran pajak hadiah dan bea cukai.

Dari praktik ini, pelaku dapat meraup untung hingga Rp3 juta sampai Rp5 juta per hari untuk satu orang. Artinya, dengan jumlah sepuluh orang, maka penghasilan yang diraup bisa mencapai Rp50 juta per hari.

“Pelaku dijerat Pasal 35 dan atau 36 Jo pasal 51 ayat (1) UU RI nomor 8 tahun 2010 ten­tang Informasi dan Transaksi Elektronik ancaman penjara maksimal 12 tahun dan denda paling banyak Rp12 miliar,” tutupnya. (met/bd)